NESYA PUSPITA PUTRI

Thursday 29 May 2014

MALU AKU JADI ORANG INDONESIA

MALU AKU JADI ORANG INDONESIA

MALU AKU JADI ORANG INDONESIA


Karya : Taufik Ismail

Ketika di Pengalongan, SMA kelas 3
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia

Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia

Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku narasumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia

Tome stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini

Langit-langit akhlak rubuh, diatas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang road, Lebuh Tun Razak
Berjalan aku di sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Cham Elysees dan Mesopotamia
Disela khalayak aku berlindung dibelakang hitam kacamata
Dan kebenamkan topi baret dikepala
Malu Aku jadi orang Indonesia
Malu aku jadi orang Indonesia (semua pemain)

Di negeriku , selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu
Di negeriku, sekongkol bisnis berterang-terang curang susah dicari tandingan

Di negeriku anak lelaki, anak perempuan, kemenakan, sepupu, dan cucu
Dimanja kuasa ayah, paman, dan kakek secara hancur-hancuran
Seujung kuku tak perlu malu
Di negeriku komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan,
Senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peyeum
Dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari

Di kedutaan besar anak presiden, anak mentri, anak jendral,
Anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri
Jendral, sekjen dan dirjen sejati, agar orang tua mereka bersenang hati

Di negeriku perhitungan suara pemilihan umum sangat-sangat-
sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar-besaran
tanpa seujung rambutpun bersalah perasaan
di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara
yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang
di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri
 pusat belanja modal raksasa

Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah
Ciumlah harum aroma mereka punya jenazah
Sekarang saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan
Pembunuh itu didasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak
Dan dilunyah lumat-lumat

Di negeriku keputusan pengadilan secara aga rahasia dan
tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual beli
kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta
secara resmi

di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan
lima belas ini itu tekanan dan sepuluh macam ancaman
di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotocopy gosip dan fitnah bertebar disebar sebar

Di negeriku sepak bola sudah naik tingkat jadi pertunjukan
teror penonton antar kota Cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor perbandingan yang disetujui bersama

Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat piala dunia
Demi keamanan antar bangsa, lagi pula piala dunia itu Cuma urusan
Negara-negara kecil karena China, India, Rusia dan kita tak turut serta
Sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja

Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat
Terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi
Adapula pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan
Dibawah cahaya surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil
Ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan

Di negriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada
Tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam
Di tumpukan jerami selepas menuai padi

Langit-langit akhlak rubuh, diatas negeriku bererak-serak
hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang road, Lebuh Tun Razak
Berjalan aku di sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Cham Elysees dan Mesopotamia
Disela khalayak aku berlindung dibelakang hitam kacamata
Dan kebenamkan topi baret dikepala
Malu Aku jadi orang Indonesia
Apakah kalian malu jadi orang Indonesia?

0 comments:

Post a Comment

JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons