NESYA PUSPITA PUTRI

Thursday 6 June 2013

KETIKA WAKTU MEMBELENGGU



facebook-an menjadi rutinitasku setiap hari, mungkin saja setiap jam, bahkan setiap menit. dimana aku bisa memantau orang-orang yang ingin aku pantau. kata KEPO yang nge-trand saat ini sedang melandaku. kepo terhadap status hubungan orang, berita orang lain dan apa saja yang mereka share. Bukan hanya facebook, aku pun selalau buka twitter ku @nesya_puspita follow ya (promosi nih ye), oh iya ada blog juga http://nesyapuspitaputri.blogspot.com  pokonya jejaring sosial gitu deh. Saat ku sedang duduk dihamparan lantai putih dengan meja tanggung terbuat dari kayu dan jemariku sedang asyik menari diatas keyboard NB ku yang berwarna biru, tiba-tiba seseorang mengirim message ke facebook ku. ternyata itu dari temanku yang bernama Roni yang tinggal di Karawang.
 
Assalamu’alaikum
Cha, datang ya nanti tanggal 12 mei mau prepare saung baca.
Teh imas peolpornya.
Dia mengajakku untuk berpartisipasi dalam kegiatannya yaitu Komunitas Saung Baca. aku masih belum begitu faham. dan ternyata seniorku waktu SMA yang bernama Imas pun ikut berpartisipasi, bahkan dia sebagai penggagasnya. prepare Komunitas Saung baca akan diadakan pada tanggal 12 Mei 2013, beruntunglah aku pada tanggal 9 Mei bebas dari kuliah alias libur panjang. libur empat hari/96 jam itu memang sangat panjang menurutku, aku jadi bisa pulang ke kampung halamanku. kota Karawang lebih jelasnya, biasa disebut kota pangkal perjuangan, kota lumbung padi, kota panaslah, kota indrustri pula, kota karawang terkenal dengan goyangnya. Hihihihii Goyang Karawang.
Tanggal 8 Mei sepulang kuliah aku langsung ke Karawang kira-kira ba'da ashar. aku sampai di kota Karawang ba'da isya, alhamdulillah selamat, sentosa. sesampainya disana aku mendapat berita duka, ternyata tetanggaku dan juga adik-adikanku yang bernama Icha itu kehilangan ayahnya untuk selamya. akupun langsung menghampiri Icha dan menghiburnya. kebetulan ia punya kakak yang bernama Rizky yang semasa SMP dan SMA satu sekolah denganku bahkan pernah satu kelas, tapi hubungan kami sangat renggang. entah lah mengapa...
keesokan harinya adalah jadwal dengan keluargaku, kita jalan-jalan bersama, makan baso, belanja, dll. aku dan mamahku pergi belanja berdua, ya kan ini urusan perempuan gitu dan ga mau ajak laki-laki. jadi ayah dan kedua adikku pulang. mamahku dan aku pun menikmati acara jalan-jalan kami dengan santai. bandrol diskonan menjadi tujuan utama kami. maklum lah perempuan... heheh

kami menelusuru setiap jengkal Mall yang luas itu. tak begitu banyak orang, jadi membuat kami berjalan leluasa. Barang-barang tertata rapi dari sepatu, tas, baju, koesmetik, bahkan makanan. saat berjalan-jalan diarea sepatu, aku bertemu temanku yang bernama Aini. Wanita yang memiliki postur badan yang tidak terlalu tinggi, langsing, dan memiliki halis yang membentang rapi itu  dia bekerja sebagai SPG dibagian sepatu.
“nesya, gimana kabarnya?” sapa aini sambil memlukku.
“alhamdulillah baik nu. Kamu?” tanyaku balik sambil memeluknya erat
“ne tau ga?” tanya aini dengan raut wajah yang sangat cemas
“ga tau. Apaan?” tanyaku herang, sangat hera
“Eri vitanova meningga.” Jawab aini dengan nada lirih dan sedih
“inalillahi, masa? Kamu kata siapa?’’ tanyaku sangat tak percaya
“beneran ne, kata dea (teman sekelasku waktu SMA)” aini meyakinkanku
“ya Alloh..... yauda ntar aku hubungi temen-temen. Kamu mau ngelayat? Bareng aku aja yuk ntar sore” ajakku serius
“iya ne hayu, aku pulang jam 04.30”
“oky, ntar aku sms.” Jawabku

Setelah pulang belanja, aku langsung sms Dea. Dan ternyata benar, Eri meninggal dunia. Tepatnya jam 11 malam dia meninggal. Kakiku terasa lemas, seakan tak percaya. Eri yang sudah lama tak berjumpa denganku, sekarang ku mendapati kabar bahwa ia sudah tiada. Ku teringat dengan penyakita yang menyerang paru-parunya. Banyak yang bilang ia sakit kanker paru-paru. Tapi dulu ada yang bilang dia sakit TBC. Aku dan teman-teman lainpun tau. Dan saat lomba dulu ia selalu pingsan saat usai tampil dilapangan. Badannya yang dulu gemuk dan sehat, makin kesini semakin kurus. Dia itu teman se pasukan ku saat PASKIBRA jaman SMA dulu. temanku wisata kuliner saat mengikuti lomba di luar kota, teman OSIS ku, teman bermainku, teman latihanku saat susah senang, bahkan saat dihukumpun kami
merasakannya. Beruntunglah aku, karena Dea, kang Adim (pelatih PASKIBRA ku waktu SMA), dan teman-temanku yang lain akan pergi melayat Eri. Aku jemput Aini jam 5 sore, kita berangkat kerumah Eri ba’da magrib setelah sebelumnya kumpul disekolah bersama yang lain. Letak rumah yang lumayan jauh dari sekolah kami tak mengurungkan niatku, dengan jalan yang aga berdebu ku buntuti motor pelatihku dengan cepat. Entah kecepatan berapa, aku tak berani menoleh.
Sesampainya dirumah Eri, ku parkirkan motor di halaman yang cukup luas menghadap rumah yang kulihat banyak orang. Dan pasti rumah Eri, aku menghamparkan pandangan ke semua sudut wilayah. Rumah yang begitu sederhana dengan beberapa bale (kursi kayu) yang terletak diluar rumah yang sudah dihuni oleh para tamu tahlilan. Rumah satu dengan rumah lainnya saling berhadapan dengan tatanan yang menang tidak begitu rapi seperti perumahan. Mungkin daerah sini bisa disembut ya, aga desa begitu. Aku dan teman-temanu berdiri sejenak mencari tempat untuk duduk. Teman-temanku yang lain duduk bersama bapak-bapak di teras rumah. Beberapa pria mempersilahkan kami duduk di bale itu. belum lama kami duduk, ada wanita paruh baya menghampiriku dan Aini. Mungkin ini uwanya Eri.
“makasih ya neng udah datang. Ini teh temennya Eri?” tanya wanita itu sambil duduk di hadapanku
“iya bu, kita temen PASKIBRAnya Eri” jawabku
“ibu masih ga percaya neng, padahal sebelum meninggal tuh Eri masih ngobrol sama ibu, dia tidur sama ibu sambil ibu pijitin.” Jelas wanita itu sambil mengusap air matanya
“iya bu, umru siapa yang tau? Semoga amal dan ibadah Eri diterima Alloh SWT” ucapku singkat, karena bingung harus berbicara apa. Aku ikut terlarut dengan kesedihan ini.
Lalu ia memegang tanganku, ku sambut dengan sentuhan hangat tanganku. Mungkin bisa memberinya sedikit ketenangan. Ku tatap wajahnya lekat-lekat, begitu barat ia melepaskan Eri. Setiap garih wajahnya menggambarkan kesedihan dan kehilangan yang mendalam. Aku iktu terdiam, mata ini menahan air mata yang keluar dan membentuk kristal membuat mataku sedikit berkaca-kaca.
“ibu ga ada temen lagi sekarang, ibu Cuma tinggal berdua sama Eri. Sekarang Eri udah ga ada” ucap ibu itu sambil tak henti meneteskan air matanya yang perlahan membasahi pipinya yang berkerut karena usianya yang tak lagi muda.
Eri tinggal bersama uwanya, dia tidak tinggal dengan orang tua kandungnya. Entahlah, aku tidak begitu paham dengan cerita pribadinya. Yang aku tau hanya itu saja. Eri itu wanita yang tangguh, ceria, cantik, dan penuh semangat. Dia banyak disukai orang lain apa lagi lelaki, karena parasnya yang cantik, mata yang belo, kulit putih, dan bibir tipis yang selalu tersenyum dengan ramah.




Sekejap ku tenggelam bersama kenangan masalaluku. Seakan semuanya hanya baynag-bayang semu yang tak akan terulang kembali. Aku duduk diam meratapi sosok wanita paruh baya dihadapanku.Tiba-tiba lamunanku buyar oleh getaran hp ku. Ternyata itu telpon dari ayahku. Aku melangkah menjauhi keramaian. Beberapa saat ku menerima telpon aku langsung kembali. Ayahku menyuruhku pulang paling telat jam 7 malam. Aku langsung memberitau Aini dan teman-teman yang lain. Lalu aku pulang terlebih dahulu dan mengantar Aini pulang ke rumahnya. aku pamit pada uwa Eri, teman-teman dan yang lainnya.
Aku tak begitu hapal jalan, untung ada Aini yang mengingat telusuran jalan tadi. Jarak yang cukup jauh membuatku terpacu untuk ngebut dijalan, dengan mobil-mobil besar yang melaju bersamaku dan motor Scoopy merahku. Aku mengendurkan gasku, berhati-hati dan waspada pada sekitarku. Separuh perjalanan aku dan Aini mencium wangi bunga, entah itu bunga apa. Aku sih tidak berpikiran apa-apa. Tapi akhirnya berpikir juga. mungkin Eri mengantar kami pulang. Aga merinding sih, tapi ku konsenkan diri pada jalanan. Setelah melewati jalan layang dan jembatan, aku belok kiri. Ku rem motorku karena ada mobil yang akan keluar. Aku diam sejenak lalu menyandarkan kaki di aspal, tiba tiba bruggg aku dan Aini jatuh. Aneh sekali, padahal kita sedang diam, mungkin aku yang kurang menjaga keseimbangan. Aku langsung berdiri, ku tarik gas motorku lagi. Tapi tiba-tiba motorku berhenti, ada apa ini? Aku bertanya-tanya. Ku matikan motorku sejenak. Mungkin si Chibi (nama motorku) shock karena tadi terjatuh. Lalu ku hidupkan kembali, dan akhirnya ku lanjutkan perjalananku. Ku antar Aini sampai dirumah dengan selamat, walau ada problem sedikit tadi. Aku pamit pada ibunya, lalu pergi.

Di perjalanan aku berkonsentrasi dan membaca do’a, suasana yang hening karena di wilayah pedesaan, dengan sorotan lampu yang seadanya, dan daerah yang dilewati sungai citarum ini membuatku sedikit takut. Untung saja ku mendapati beberapa orang yang berlalu lalang dipinggir jalan. Dengan keberanian yang dipaksakan aku mengencangkan gas motorku dan lekas pulang kerumah. Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan istirahat. Rasanya hari ini capek sekali dengan semua rutinitasku. Berkumpul dengan keluarga tercinta dirumah. Rumah yang tidak terlalu besar dengan beberapa tanaman hias di depan rumah, cat yang warna yang tabrakan antara kuning, biru, pink, hijau, membalut setiap dinding rumahku. Rumah kecil dengan kebahagiaan yang begitu besar. Penghuni yang dapat mengharmoniskan setiap kesempatan yang ada. Orang tuaku, aku, dan kedua adikku. Jum’at sabtu ini aku hanya menikmati dan memanjakan diri untuk bermalas-malasan dirumah. Mengisi waktu dengan menonton tv sambil ditemani beberapa cemilan kecil, membuka facebook, twitter, membuat cerpen, mebantu mamahku memasak, dan pastinya mengganggu ketenangan hidup kedua adikku dengan mengerjainya ini itu. :D
Malam minggu, wah ternyata sudah tiga hari aku di Karawang. Waktu yang sangat singkat ini rasanya membuat aku terlena. Om ku yang dari Bandung berkunjung ke rumahku dan berbincang dengan ayahku. Hp ku berdering,  a Roni menelponku dan mengingatkanku untuk datang besok ke acara kumpulan anak-anak saung baca. Akupun mengiyakan. Malam minggu ku gunakan untuk bermain dengan teman-teman remaja masjid. Dulu sih aku sebagai pengurus, karena sekarang aku kuliah di Bandung, jadi tidak jauh berbeda aku hanya penasehat saja. Mereka semua memanggilku sesepuh, dalam arti orang yang paling dituakan di sini. Ya, memang aku yang paling tua, rata-rata semuanya anak SMA dan SMP. Yang seumuranku hanya ada beberapa saja, itupun sudah tak nampak lagi kepermukaan.
Keesokan harinya aku membuka jejaring sosialku, tiba-tiba sebuah motor terdengar merapat ke depan rumahku. Firasatku sudah tidak enak, dan ternyata benar. Teh Imas dan a Roni datang lebih awal. Padahal kita janian jam 10 pagi, tapi mereka datang jam 9 pagi. Aku langsung bergegas mandi, ku teringat. Motor yang aku ku bawa itu dipakai ayahku, aku menelpon ayahku dan menunggunya pulang. Ku suruh teh imas dan a roni pergi terlebih dahulu agar tidak lama menungguku. Tadinya mau minta anter om ku, tapi rumah dan adik bungsuku tidak ada yang menjaganya. Aku menunggu dengan sejuta kegelisahan, menelpon teru ayah dan ibuku. Kenapa mereka ga naik mobil aja sih.gumamku dalam hati
Setelah lama menunggu dengan keboringan, akhirnya ayahku datang. Aku lekas menancap gas motorku dalam-dalam. Daerah Dusun Tegal luhur RT.03/02 Desa Suka makmur kec. Teluk jambe timur kab. Karawang. Aku belum tau daerahnya, aku diam dipinggir jalan depan Honda lalu menguhubungi a roni. Setelah lama menunggu akhirnya datang juga. suasana persawahan yang terbentang sangat menyejukkan pandangan. Syukurlah jalanan aspal disana bagus, memuluskan semuanya. Dan akhirnya aku masuk dan menelusuri gang-gang kecil dimana hanya satu motor saja yang dapat dilewatinya. Dengan perlahan ku kendalihan chibi kesayanganku agar tidak tergores atau bahkan terjatuh. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya sampai juga pada sebuah rumah. Ku parkirkan motorku disebuah halaman dengan pohon jambu agar tidak kepanasan. Aku dan a roni bergegas ke masjid, disana tempat berkumpulnya para pengurus. Aku berjalan dengan perlahan menelusuri gang kecil lagi yang di dasari tanah-tanah merah. Memang sangat jauh dari kehidupan kota, tapi suasana alam yang sejuk membuatku nyaman. Tibalah aku disebuah mesjid, bukan, bukan mesjid, tapi mushola. Karena bangunan yang yang jauh lebih kecil dari mushola.
“assalamu’alaikum....” sapaku pada semua orang
:waalaikumsalam....” jawa mereka semua serempak
“heh... itu caper.... ada cewek cantik” seseorang nyeletuk di belakangku menegur teman lelakinya. Aku hanya tertawa renyah mendengarnya.
Semua mata tertuju padaku, aku hanya tertawa renyah mendengarnya. Ku sapu semua pandangan pada seluruh mushola, ternya yang hadir ± ada 20 orang. Lumayanlah untuk langkah awal ini. Dan ternyata mereka IRMUSH ikatan remaja mushola.  Lalu ku perkenalkan diri.
“assalamu’alaikum.... nama saya Nesya puspita putri, biasa di panggil nesya. Saya kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung jurusan komunikasi dan penyiaran islam. Saya juga aktif dibeberapa oraganisasi kampus. Saya juga dirumah ikuta remaja Masjid, namanya IRMADHA (Ikatan Remaja Masjid DHAfinul jariyah). Itu saya sendiri yang memberi nama. Salam kenal dari saya untukn kalian semua” sedikit perkenalanku pada mereka. Mereka menanggapinya dengan baik. Setelah breaving kami pun pergi TKP untuk merapihkan buku-buku. Kamipun pergi ke salah satu rumah pengurus untuk membawa buku-buku, lalu ke TKP untuk merapikan semuanya. Sampailah kita disebuah rumah yang memiliki halaman luas dengan beberapa pohon menghiasinya dan memberi kesejukan, rumah yang dibalut cat berwarna biru dipadu padankan kusen kayu berwarna putih menambah kenyamananku. Semuanya bekerja, membereskan ruangan yang akan di pakai. Ada yang menyapu, ngepel, membereskan buku, mengelap lemari, ada juga yang diam. Dan aku sendiri hanya mengamati dan mengambil beberapa view mereka. Setelah semua beres, semuanya berfoto-foto ria.
Sekarang hanyalah prepare KSB (Komunitas Saung Baca). Sedangkan pembukaannya tanggal 26 mei.
Setelah selesai semuanya, aku pamitan untuk pulang. Aku pulang bersama teh imas dan a roni. Aku pulang ke rumah, beristirahat sejenak. Lalu bersiap-siap pergi ke Bandung sore harinya. Dan akan kembali pada saat pembukaan KSB dalam 2 minggu lagi.
Aku kembali ke Karawang setelah menyelesaikan semua rutinitasku di Bandung. Aku ke Karawang tanggal 25 mei. Untung saja ayah dan ibuku menjemputku, kebetulan tanteku yang dari Medan berkunjung ke Bandung dan akan ikut ke Karawang. Kami semua pergi ke Karwang sore hari, mampir dahulu ke Purwakarta untuk mengantarkan paket coklat untuk consumen. Aku dan tanteku menjalani bisnis coklat online dan lumayanlah buat tambah-tambah uang jajan.
Sesampainya di Karawang, aku di drop di KCP (Karwanag Central Plaza) aku janjian dengan sobat karibku waktu SD yang bernama Winda. Dia mengajakku jalan, berhubungan har ulang tahunnya mungkin ia akan mentraktirku makan. Aku menunggu dia selama setengah jam. Dan akhirnya datang juga. Dan ternyata benar, dia juga mengajak 3 orang temannya. Dan salah satu temannya itu teman SD ku juga, walau awalnya aku tidak sadar. Kami makan bersama, berfoto bersama, dan tertawa bersama. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, ayahku pun menjemputku. Kami pun pulang setelah mengantar Winda pulang.
Keesokan harinya, aku langsung ke tempat KSB (Komunitas Saung Baca). Disana aku menunggu dirumah salah satu pengurus yang bernama Adi. Setelah menunggu, kami pun pergi ke TKP. Aku disuruh tampil membaca puisi dan aku mengiyakan. Puisi tentang Ilmu yang diiringi alunan gitar yang merdu.



AKU



Dengar, dengarlah aku
Kau terlahir dengan telinga untuk mendengar
Mendengar untuk mengetahui sesuatu
Mendengar agar terhindar dari jalan buntu    

Lihat, lihatlah aku
Kau terlahir dengan mata untuk melihat
Melihat untuk mengetahui kebenaran
Melihat agar terhindar dari kegelapan

Pikir, pikirlah aku
Kau terlahir dengan akal untuk berpikir
Berpikir untuk pergi menggapai mimpi
Berpikir agar membentuk jati diri
           
Tajamkanlah telingamu dari ketulian
Buka matamu yang lama terpejam
Gunakan akal pikiranmu tuk  jauhi kebodohan
Dan lakukan itu dari sekarang

Apakah aku? Bagaimanakah aku?
Aku adalah ilmu, aku adalah cita-citamu
Yang tak akan begitu saja berlalu
Dan tak akan hilang oleh waktu

Kuasailah aku dalam genggaman
Raihlah aku dengan pengorbanan
Akan ku berikan sejuta kekuatan
Akan ku persembahkan segala kesuksesan

Bergurulah kepada yang tahu
Bertanya kepada ahlinya
Berlajarlah pada pengalaman
Bermimpilah sepanjang jaman

Bangkitlah melawan arus yang mendera
Paculah dirimu bak pacuan kuda
Gempitakanlah selalu dijiwa
Dan bersama-sama membangun bangsa Indonesia

Padahal yang hadir tidak begitu banyak, tapi kenapa aku deg-degan ya? Kalau kata Anggun sih pas komentari Fatin di acara X Factor
“kalau kamu deg-degan berarti normal dan itu bagus. Berarti kamu ingin memberikan yang terbaik untuk semua orang”
Kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku jika ada sesuatu yang membuat aku deg-degan. Aku pun tampil dengan percaya diri. dan lumayanlah penampilanku tidak mengecewakan walau aga sedikit kurang memuaskan. Setelah acara hiburan seperti puisi, nyanyi, pidato, hapalan surat, dll. Langsunglah acara inti dari sambutan-sambutan dan peresmian KSB dengan memotong tumpeng. Kita berdo’a bersama demi kelancaran Komunitas Saung Baca ini. Lalu kami tampil untuk bernyanyi bersama, Laskar Pelangi yag kita nyanyikan.
Acarapun selelsai, kiuta berfoto-foto bersama. Ada Para Wali (Fans grup band wali) datang, mereka menyumbang lagu dan menyumbangkan beberapa buku pada kami. Alhamdulillah.... kami semua bersenang bersama. Setelah usai, aku langsung pamit pulang, a roni ikut pulang bersamaku karena searah denganku. Setelah a roni turun, aku pun pulang. Dan siap-siap pulang kemabli ke Bandung, akrena esok harinya aku mengikuti UAS. Aku pulang bersama tante, keponakan dan nenekku.
Aku mencoba mengisi hari-hariku dengan hal yang positif, dan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
grup facebook Komunitas Saung Baca
 http://www.facebook.com/groups/139769916217266/

0 comments:

Post a Comment

JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons