facebook-an menjadi rutinitasku setiap hari, mungkin saja setiap jam, bahkan
setiap menit. dimana aku bisa memantau orang-orang yang ingin aku pantau. kata
KEPO yang nge-trand saat ini sedang melandaku. kepo terhadap status hubungan
orang, berita orang lain dan apa saja yang mereka share. Bukan hanya facebook,
aku pun selalau buka twitter ku @nesya_puspita follow ya (promosi nih ye), oh
iya ada blog juga http://nesyapuspitaputri.blogspot.com
pokonya jejaring sosial gitu deh. Saat
ku sedang duduk dihamparan lantai putih dengan meja tanggung terbuat dari kayu
dan jemariku sedang asyik menari diatas keyboard NB ku yang berwarna biru,
tiba-tiba seseorang mengirim message ke facebook ku. ternyata itu dari temanku
yang bernama Roni yang tinggal di Karawang.
Assalamu’alaikum
Cha, datang ya nanti tanggal 12 mei mau prepare saung baca.
Teh imas peolpornya.
Dia mengajakku untuk berpartisipasi dalam kegiatannya yaitu Komunitas Saung Baca. aku masih belum begitu faham. dan ternyata seniorku waktu SMA yang bernama Imas pun ikut berpartisipasi, bahkan dia sebagai penggagasnya. prepare Komunitas Saung baca akan diadakan pada tanggal 12 Mei 2013, beruntunglah aku pada tanggal 9 Mei bebas dari kuliah alias libur panjang. libur empat hari/96 jam itu memang sangat panjang menurutku, aku jadi bisa pulang ke kampung halamanku. kota Karawang lebih jelasnya, biasa disebut kota pangkal perjuangan, kota lumbung padi, kota panaslah, kota indrustri pula, kota karawang terkenal dengan goyangnya. Hihihihii Goyang Karawang.
Tanggal 8 Mei sepulang kuliah aku langsung ke Karawang kira-kira ba'da ashar. aku sampai di kota Karawang ba'da isya, alhamdulillah selamat, sentosa. sesampainya disana aku mendapat berita duka, ternyata tetanggaku dan juga adik-adikanku yang bernama Icha itu kehilangan ayahnya untuk selamya. akupun langsung menghampiri Icha dan menghiburnya. kebetulan ia punya kakak yang bernama Rizky yang semasa SMP dan SMA satu sekolah denganku bahkan pernah satu kelas, tapi hubungan kami sangat renggang. entah lah mengapa...
keesokan harinya adalah jadwal dengan keluargaku, kita jalan-jalan bersama, makan baso, belanja, dll. aku dan mamahku pergi belanja berdua, ya kan ini urusan perempuan gitu dan ga mau ajak laki-laki. jadi ayah dan kedua adikku pulang. mamahku dan aku pun menikmati acara jalan-jalan kami dengan santai. bandrol diskonan menjadi tujuan utama kami. maklum lah perempuan... heheh
kami menelusuru setiap jengkal Mall yang luas itu.
tak begitu banyak orang, jadi membuat kami berjalan leluasa. Barang-barang tertata
rapi dari sepatu, tas, baju, koesmetik, bahkan makanan. saat berjalan-jalan
diarea sepatu, aku bertemu temanku yang bernama Aini. Wanita yang memiliki
postur badan yang tidak terlalu tinggi, langsing, dan memiliki halis yang membentang
rapi itu dia bekerja sebagai SPG
dibagian sepatu.
“nesya, gimana kabarnya?” sapa aini sambil memlukku.
“alhamdulillah baik nu. Kamu?” tanyaku balik sambil
memeluknya erat
“ne tau ga?” tanya aini dengan raut wajah yang
sangat cemas
“ga tau. Apaan?” tanyaku herang, sangat hera
“Eri vitanova meningga.” Jawab aini dengan nada
lirih dan sedih
“inalillahi, masa? Kamu kata siapa?’’ tanyaku sangat
tak percaya
“beneran ne, kata dea (teman sekelasku waktu SMA)”
aini meyakinkanku
“ya Alloh..... yauda ntar aku hubungi temen-temen.
Kamu mau ngelayat? Bareng aku aja yuk ntar sore” ajakku serius
“iya ne hayu, aku pulang jam 04.30”
“oky, ntar aku sms.” Jawabku
Setelah pulang belanja, aku langsung sms Dea. Dan
ternyata benar, Eri meninggal dunia. Tepatnya jam 11 malam dia meninggal. Kakiku
terasa lemas, seakan tak percaya. Eri yang sudah lama tak berjumpa denganku,
sekarang ku mendapati kabar bahwa ia sudah tiada. Ku teringat dengan penyakita
yang menyerang paru-parunya. Banyak yang bilang ia sakit kanker paru-paru. Tapi
dulu ada yang bilang dia sakit TBC. Aku dan teman-teman lainpun tau. Dan saat
lomba dulu ia selalu pingsan saat usai tampil dilapangan. Badannya yang dulu
gemuk dan sehat, makin kesini semakin kurus. Dia itu teman se pasukan ku saat
PASKIBRA jaman SMA dulu. temanku wisata kuliner saat mengikuti lomba di luar
kota, teman OSIS ku, teman bermainku, teman latihanku saat susah senang, bahkan
saat dihukumpun kami
merasakannya. Beruntunglah aku, karena Dea, kang Adim
(pelatih PASKIBRA ku waktu SMA), dan teman-temanku yang lain akan pergi melayat
Eri. Aku jemput Aini jam 5 sore, kita berangkat kerumah Eri ba’da magrib
setelah sebelumnya kumpul disekolah bersama yang lain. Letak rumah yang lumayan
jauh dari sekolah kami tak mengurungkan niatku, dengan jalan yang aga berdebu
ku buntuti motor pelatihku dengan cepat. Entah kecepatan berapa, aku tak berani
menoleh.
Sesampainya dirumah Eri, ku parkirkan motor di
halaman yang cukup luas menghadap rumah yang kulihat banyak orang. Dan pasti
rumah Eri, aku menghamparkan pandangan ke semua sudut wilayah. Rumah yang
begitu sederhana dengan beberapa bale (kursi kayu) yang terletak diluar rumah
yang sudah dihuni oleh para tamu tahlilan. Rumah satu dengan rumah lainnya
saling berhadapan dengan tatanan yang menang tidak begitu rapi seperti
perumahan. Mungkin daerah sini bisa disembut ya, aga desa begitu. Aku dan
teman-temanu berdiri sejenak mencari tempat untuk duduk. Teman-temanku yang
lain duduk bersama bapak-bapak di teras rumah. Beberapa pria mempersilahkan
kami duduk di bale itu. belum lama kami duduk, ada wanita paruh baya
menghampiriku dan Aini. Mungkin ini uwanya Eri.
“makasih ya neng udah datang. Ini teh temennya Eri?”
tanya wanita itu sambil duduk di hadapanku
“iya bu, kita temen PASKIBRAnya Eri” jawabku
“ibu masih ga percaya neng, padahal sebelum
meninggal tuh Eri masih ngobrol sama ibu, dia tidur sama ibu sambil ibu
pijitin.” Jelas wanita itu sambil mengusap air matanya
“iya bu, umru siapa yang tau? Semoga amal dan ibadah
Eri diterima Alloh SWT” ucapku singkat, karena bingung harus berbicara apa. Aku
ikut terlarut dengan kesedihan ini.
Lalu ia memegang tanganku, ku sambut dengan sentuhan
hangat tanganku. Mungkin bisa memberinya sedikit ketenangan. Ku tatap wajahnya
lekat-lekat, begitu barat ia melepaskan Eri. Setiap garih wajahnya menggambarkan
kesedihan dan kehilangan yang mendalam. Aku iktu terdiam, mata ini menahan air
mata yang keluar dan membentuk kristal membuat mataku sedikit berkaca-kaca.
“ibu ga ada temen lagi sekarang, ibu Cuma tinggal
berdua sama Eri. Sekarang Eri udah ga ada” ucap ibu itu sambil tak henti
meneteskan air matanya yang perlahan membasahi pipinya yang berkerut karena
usianya yang tak lagi muda.
Eri tinggal bersama uwanya, dia tidak tinggal dengan
orang tua kandungnya. Entahlah, aku tidak begitu paham dengan cerita
pribadinya. Yang aku tau hanya itu saja. Eri itu wanita yang tangguh, ceria, cantik,
dan penuh semangat. Dia banyak disukai orang lain apa lagi lelaki, karena
parasnya yang cantik, mata yang belo, kulit putih, dan bibir tipis yang selalu
tersenyum dengan ramah.
Sekejap ku tenggelam bersama kenangan masalaluku. Seakan semuanya hanya baynag-bayang semu yang tak akan terulang kembali. Aku duduk diam meratapi sosok wanita paruh baya dihadapanku.Tiba-tiba lamunanku buyar oleh getaran hp ku. Ternyata itu telpon dari ayahku. Aku melangkah menjauhi keramaian. Beberapa saat ku menerima telpon aku langsung kembali. Ayahku menyuruhku pulang paling telat jam 7 malam. Aku langsung memberitau Aini dan teman-teman yang lain. Lalu aku pulang terlebih dahulu dan mengantar Aini pulang ke rumahnya. aku pamit pada uwa Eri, teman-teman dan yang lainnya.
Aku tak begitu hapal jalan, untung ada Aini yang
mengingat telusuran jalan tadi. Jarak yang cukup jauh membuatku terpacu untuk
ngebut dijalan, dengan mobil-mobil besar yang melaju bersamaku dan motor Scoopy
merahku. Aku mengendurkan gasku, berhati-hati dan waspada pada sekitarku. Separuh
perjalanan aku dan Aini mencium wangi bunga, entah itu bunga apa. Aku sih tidak
berpikiran apa-apa. Tapi akhirnya berpikir juga. mungkin Eri mengantar kami
pulang. Aga merinding sih, tapi ku konsenkan diri pada jalanan. Setelah melewati
jalan layang dan jembatan, aku belok kiri. Ku rem motorku karena ada mobil yang
akan keluar. Aku diam sejenak lalu menyandarkan kaki di aspal, tiba tiba bruggg aku dan Aini jatuh. Aneh sekali,
padahal kita sedang diam, mungkin aku yang kurang menjaga keseimbangan. Aku langsung
berdiri, ku tarik gas motorku lagi. Tapi tiba-tiba motorku berhenti, ada apa
ini? Aku bertanya-tanya. Ku matikan motorku sejenak. Mungkin si Chibi (nama
motorku) shock karena tadi terjatuh. Lalu ku hidupkan kembali, dan akhirnya ku
lanjutkan perjalananku. Ku antar Aini sampai dirumah dengan selamat, walau ada
problem sedikit tadi. Aku pamit pada ibunya, lalu pergi.
Di perjalanan aku berkonsentrasi dan membaca do’a,
suasana yang hening karena di wilayah pedesaan, dengan sorotan lampu yang
seadanya, dan daerah yang dilewati sungai citarum ini membuatku sedikit takut. Untung
saja ku mendapati beberapa orang yang berlalu lalang dipinggir jalan. Dengan
keberanian yang dipaksakan aku mengencangkan gas motorku dan lekas pulang
kerumah. Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan istirahat. Rasanya hari
ini capek sekali dengan semua rutinitasku. Berkumpul dengan keluarga tercinta
dirumah. Rumah yang tidak terlalu besar dengan beberapa tanaman hias di depan
rumah, cat yang warna yang tabrakan antara kuning, biru, pink, hijau, membalut
setiap dinding rumahku. Rumah kecil dengan kebahagiaan yang begitu besar. Penghuni
yang dapat mengharmoniskan setiap kesempatan yang ada. Orang tuaku, aku, dan
kedua adikku. Jum’at sabtu ini aku hanya menikmati dan memanjakan diri untuk
bermalas-malasan dirumah. Mengisi waktu dengan menonton tv sambil ditemani
beberapa cemilan kecil, membuka facebook, twitter, membuat cerpen, mebantu
mamahku memasak, dan pastinya mengganggu ketenangan hidup kedua adikku dengan
mengerjainya ini itu. :D
Malam minggu, wah ternyata sudah tiga hari aku di
Karawang. Waktu yang sangat singkat ini rasanya membuat aku terlena. Om ku yang
dari Bandung berkunjung ke rumahku dan berbincang dengan ayahku. Hp ku
berdering, a Roni menelponku dan
mengingatkanku untuk datang besok ke acara kumpulan anak-anak saung baca. Akupun
mengiyakan. Malam minggu ku gunakan untuk bermain dengan teman-teman remaja
masjid. Dulu sih aku sebagai pengurus, karena sekarang aku kuliah di Bandung,
jadi tidak jauh berbeda aku hanya penasehat saja. Mereka semua memanggilku
sesepuh, dalam arti orang yang paling dituakan di sini. Ya, memang aku yang
paling tua, rata-rata semuanya anak SMA dan SMP. Yang seumuranku hanya ada
beberapa saja, itupun sudah tak nampak lagi kepermukaan.
Keesokan harinya aku membuka jejaring sosialku,
tiba-tiba sebuah motor terdengar merapat ke depan rumahku. Firasatku sudah
tidak enak, dan ternyata benar. Teh Imas dan a Roni datang lebih awal. Padahal kita
janian jam 10 pagi, tapi mereka datang jam 9 pagi. Aku langsung bergegas mandi,
ku teringat. Motor yang aku ku bawa itu dipakai ayahku, aku menelpon ayahku dan
menunggunya pulang. Ku suruh teh imas dan a roni pergi terlebih dahulu agar
tidak lama menungguku. Tadinya mau minta anter om ku, tapi rumah dan adik
bungsuku tidak ada yang menjaganya. Aku menunggu dengan sejuta kegelisahan,
menelpon teru ayah dan ibuku. Kenapa mereka
ga naik mobil aja sih.gumamku dalam hati
Setelah lama menunggu dengan keboringan, akhirnya
ayahku datang. Aku lekas menancap gas motorku dalam-dalam. Daerah Dusun Tegal
luhur RT.03/02 Desa Suka makmur kec. Teluk jambe timur kab. Karawang. Aku belum
tau daerahnya, aku diam dipinggir jalan depan Honda lalu menguhubungi a roni. Setelah
lama menunggu akhirnya datang juga. suasana persawahan yang terbentang sangat
menyejukkan pandangan. Syukurlah jalanan aspal disana bagus, memuluskan
semuanya. Dan akhirnya aku masuk dan menelusuri gang-gang kecil dimana hanya
satu motor saja yang dapat dilewatinya. Dengan perlahan ku kendalihan chibi
kesayanganku agar tidak tergores atau bahkan terjatuh. Perjalanan yang cukup
jauh akhirnya sampai juga pada sebuah rumah. Ku parkirkan motorku disebuah
halaman dengan pohon jambu agar tidak kepanasan. Aku dan a roni bergegas ke
masjid, disana tempat berkumpulnya para pengurus. Aku berjalan dengan perlahan
menelusuri gang kecil lagi yang di dasari tanah-tanah merah. Memang sangat jauh
dari kehidupan kota, tapi suasana alam yang sejuk membuatku nyaman. Tibalah aku
disebuah mesjid, bukan, bukan mesjid, tapi mushola. Karena bangunan yang yang
jauh lebih kecil dari mushola.
“assalamu’alaikum....” sapaku pada semua orang
:waalaikumsalam....” jawa mereka semua serempak
“heh... itu caper.... ada cewek cantik” seseorang
nyeletuk di belakangku menegur teman lelakinya. Aku hanya tertawa renyah
mendengarnya.
Semua mata tertuju padaku, aku hanya tertawa renyah
mendengarnya. Ku sapu semua pandangan pada seluruh mushola, ternya yang hadir ±
ada 20 orang. Lumayanlah untuk langkah awal ini. Dan ternyata mereka IRMUSH
ikatan remaja mushola. Lalu ku
perkenalkan diri.
“assalamu’alaikum.... nama saya Nesya puspita putri,
biasa di panggil nesya. Saya kuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung jurusan
komunikasi dan penyiaran islam. Saya juga aktif dibeberapa oraganisasi kampus. Saya
juga dirumah ikuta remaja Masjid, namanya IRMADHA (Ikatan Remaja Masjid DHAfinul
jariyah). Itu saya sendiri yang memberi nama. Salam kenal dari saya untukn
kalian semua” sedikit perkenalanku pada mereka. Mereka menanggapinya dengan
baik. Setelah breaving kami pun pergi TKP untuk merapihkan buku-buku. Kamipun pergi
ke salah satu rumah pengurus untuk membawa buku-buku, lalu ke TKP untuk
merapikan semuanya. Sampailah kita disebuah rumah yang memiliki halaman luas
dengan beberapa pohon menghiasinya dan memberi kesejukan, rumah yang dibalut
cat berwarna biru dipadu padankan kusen kayu berwarna putih menambah
kenyamananku. Semuanya bekerja, membereskan ruangan yang akan di pakai. Ada yang
menyapu, ngepel, membereskan buku, mengelap lemari, ada juga yang diam. Dan aku
sendiri hanya mengamati dan mengambil beberapa view mereka. Setelah semua
beres, semuanya berfoto-foto ria.
Sekarang hanyalah prepare KSB (Komunitas
Saung Baca). Sedangkan pembukaannya tanggal 26 mei.
Setelah selesai semuanya, aku pamitan untuk pulang. Aku
pulang bersama teh imas dan a roni. Aku pulang ke rumah, beristirahat sejenak. Lalu
bersiap-siap pergi ke Bandung sore harinya. Dan akan kembali pada saat
pembukaan KSB dalam 2 minggu lagi.
Aku kembali ke Karawang setelah menyelesaikan semua
rutinitasku di Bandung. Aku ke Karawang tanggal 25 mei. Untung saja ayah dan
ibuku menjemputku, kebetulan tanteku yang dari Medan berkunjung ke Bandung dan
akan ikut ke Karawang. Kami semua pergi ke Karwang sore hari, mampir dahulu ke
Purwakarta untuk mengantarkan paket coklat untuk consumen. Aku dan tanteku
menjalani bisnis coklat online dan lumayanlah buat tambah-tambah uang jajan.
Sesampainya di Karawang, aku di drop di KCP
(Karwanag Central Plaza) aku janjian dengan sobat karibku waktu SD yang bernama
Winda. Dia mengajakku jalan, berhubungan har ulang tahunnya mungkin ia akan
mentraktirku makan. Aku menunggu dia selama setengah jam. Dan akhirnya datang
juga. Dan ternyata benar, dia juga mengajak 3 orang temannya. Dan salah satu
temannya itu teman SD ku juga, walau awalnya aku tidak sadar. Kami makan
bersama, berfoto bersama, dan tertawa bersama. Waktu sudah menunjukkan pukul 8
malam, ayahku pun menjemputku. Kami pun pulang setelah mengantar Winda pulang.
Keesokan harinya, aku langsung ke tempat KSB
(Komunitas Saung Baca). Disana aku menunggu dirumah salah satu pengurus yang
bernama Adi. Setelah menunggu, kami pun pergi ke TKP. Aku disuruh tampil
membaca puisi dan aku mengiyakan. Puisi tentang Ilmu yang diiringi alunan gitar
yang merdu.
AKU
Dengar,
dengarlah aku
Kau
terlahir dengan telinga untuk mendengar
Mendengar
untuk mengetahui sesuatu
Mendengar
agar terhindar dari jalan buntu
Lihat,
lihatlah aku
Kau
terlahir dengan mata untuk melihat
Melihat
untuk mengetahui kebenaran
Melihat agar terhindar dari kegelapan
Pikir,
pikirlah aku
Kau
terlahir dengan akal untuk berpikir
Berpikir
untuk pergi menggapai mimpi
Berpikir
agar membentuk jati diri
Tajamkanlah
telingamu dari ketulian
Buka
matamu yang lama terpejam
Gunakan
akal pikiranmu tuk jauhi kebodohan
Dan
lakukan itu dari sekarang
Apakah
aku? Bagaimanakah aku?
Aku
adalah ilmu, aku adalah cita-citamu
Yang
tak akan begitu saja berlalu
Dan
tak akan hilang oleh waktu
Kuasailah aku dalam genggaman
Raihlah aku dengan pengorbanan
Akan ku berikan sejuta kekuatan
Akan ku persembahkan segala kesuksesan
Bergurulah kepada yang tahu
Bertanya kepada ahlinya
Berlajarlah pada pengalaman
Bermimpilah sepanjang jaman
Bangkitlah melawan arus yang mendera
Paculah dirimu bak pacuan kuda
Gempitakanlah selalu dijiwa
Dan bersama-sama membangun bangsa
Indonesia
Padahal yang hadir tidak begitu banyak, tapi kenapa
aku deg-degan ya? Kalau kata Anggun sih pas komentari Fatin di acara X Factor
“kalau kamu deg-degan berarti normal dan itu bagus. Berarti
kamu ingin memberikan yang terbaik untuk semua orang”
Kata-kata itu selalu terngiang ditelingaku jika ada
sesuatu yang membuat aku deg-degan. Aku pun tampil dengan percaya diri. dan
lumayanlah penampilanku tidak mengecewakan walau aga sedikit kurang memuaskan. Setelah
acara hiburan seperti puisi, nyanyi, pidato, hapalan surat, dll. Langsunglah acara
inti dari sambutan-sambutan dan peresmian KSB dengan memotong tumpeng. Kita berdo’a
bersama demi kelancaran Komunitas Saung Baca ini. Lalu kami tampil untuk
bernyanyi bersama, Laskar Pelangi yag kita nyanyikan.
Acarapun selelsai, kiuta berfoto-foto bersama. Ada Para
Wali (Fans grup band wali) datang, mereka menyumbang lagu dan menyumbangkan
beberapa buku pada kami. Alhamdulillah.... kami semua bersenang bersama. Setelah
usai, aku langsung pamit pulang, a roni ikut pulang bersamaku karena searah
denganku. Setelah a roni turun, aku pun pulang. Dan siap-siap pulang kemabli ke
Bandung, akrena esok harinya aku mengikuti UAS. Aku pulang bersama tante,
keponakan dan nenekku.
Aku mencoba mengisi hari-hariku dengan hal yang positif,
dan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik
dari hari ini.
grup facebook Komunitas Saung Baca
http://www.facebook.com/groups/139769916217266/
grup facebook Komunitas Saung Baca
http://www.facebook.com/groups/139769916217266/
0 comments:
Post a Comment
JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)