Aku mengenalmu lewat canda tawa. Membencimu karena
tingkahmu yang selalu merayuku dihadapan teman-temanku. Bagaimana rasanya jika
wanita terbuai rayuan pria? Disatu sisi itu sangat menjijikan, disisi lain tak
dapat dipungkiri sosok wanita adalah makhluk yang senang dipuji. Aku pun
begitu, aku mengenalmu karena caramu berkomunikasi denganku. Awalnya aku sangat
membencimu karena semua tingkahmu yang konyol, yang selalu bertingkah bodoh
dihadapan banyak orang. Kau menawarkan sejuta kebahagiaan padaku. Kau pun
menawarkan perhatian yang lebih padaku. Ya, awalnya aku tidak menggubris.
Lelaki sepertimu pasti lelaki yang selalu tebar pesona. Awalnya aku benci
melihatmu, tapi lama-lama pesonamu itu menyilaukan hatiku. Aku tak dapat
mengelak dari pesonamu. Semua canda tawa itu membuatku nyaman, membuat hariku
penuh warna dan keceriaan. Selalu saja ada bahan untuk dibicarakan dan
ditertawakan. Kau melebihi dari seorang pelawak dan aku nilai kau seorang mavia
yang dalam sekejap merampok seluruh hatiku. Kita hanya dekat beberapa minggu
saja dan lalu menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman. Seminggu, dua
minggu, itu hari-hari yang sangat indah. Aku tak terlepas dari tawa renyahku.
Sebulan, dua bulan, mulai terasa ada sesuatu yang berbeda. Canda tawa itu
perlahan memudar layaknya uap teh dalam cangkir, yang semakin lama semakin
menipis dan hilang. Kau berubah, merubah tawaku menjadi sedihku. Tak pernah ada
obrolan menarik seperti dulu. sekedar menanyakan kabarpun rasanya kau enggan.
Ada apa? Aku bertanya dalam diamku. Sampai suatu saat ku menemukan sesuatu yang
ganjal dalam hp mu. Sebuah pesan singkat dari seseorang yang layaknya
diperbincangkan dengan kekasih. Aku meminta penjelasan darimu. Kau bilang dia
hanya adik kelasmu. Tapi hatiku tak mengatakan itu. sepertinya dia menaruh hati
padamu, dan begitu sebaliknya. Aku mulai diam, sikapmu yang dingin semakin
membekukan hatiku. Tak ku perdebatkan lagi soal dia, dia yang mungkin menjadi
persinggahanmu sementara. Semakin hari kau semakin posesif terhadapku. Padahal
aku masih seperti dulu, tak ada perubahan dalam sikapku. Harusnya aku yang
begitu. Tingkahmu semakin liar tak terkendali. Dekat sana sini pada
teman-temanku dihadapanku. Muak rasanya aku melihatnya, tapi apadaya. Aku hanya
diam dan melihatnya, mengertikan dirimu yang memiliki sikap friendly pada
siapapun. Tapi aku benci saat kau menyebutkan nama salah satu temanku dengan
sebutan yang kau buat sendiri. Aku cemburu mendengarnya saat kau menceritakan
dia. Kau memiliki panggilan nama lain padanya. Aku hanya diam dalam kesalku.
Semakin hari kau semakin jauh dariku, walau setiap hari kita selalu bertemu.
Sampai suatu hari ku menemukan pesan singkat di hp mu. Awalnya aku enggan
membukanya, tapi hpmu tak hentinya bergetar. Dan itu semakin membuat hatiku bergetar
dan terdorong untuk membuka hp mu. Pesan singkat dari seseorang. Oh itu
ternyata mamahmu. Aku penasaran, ku baca satu persatu. Dan ya ampun, itu bukan
mamahmu. Tapi mamah (panggilan) mu untuk seseorang diluar sana yang entah
siapa. Pesan satu persatu ku baca, semakin ku baca semakin tersayat-sayat hati
ini. aku hanya diam.entah harus apa yang ku perbuat. Sejenak aku terbuai dalam
lamunanku yang kosong entah pergi kemana pikiranku. Aku diam tak berucap. Aku tak
menegurmu, aku bersikap seperti biasanya. Malah ku beri ruang untukmu membalas
pesan itu. Pantas saja selama ini kau semakin berbeda. Ternyata karena itu.
mungkin dia kekasihmu yang lain. Bukan mungkin, tapi pasti. Beberapa waktu aku
hanya terdiam tak menggubris persoalan itu. suatu saat emosiku memuncak
karenamu. dan amarahku membludak karenamu, ku ungkit semuanya dihadapanmu. Ku
keluarkan semua emosiku yang selama ini ku pendam. Dengan sedikit ku tahan
dengan kesabaranku, bibir ini tak henti berkata semua tentang keburukanmu. Kau
hanya diam seribu bahasa. Mungkin memikirkan alasan yang tepat agar aku terdiam
dan percaya. Tapi semua alasanmu tidak logis, tidak masuk akal. “aku sayang
kamu, tapi aku juga sayang dia” itu kata yang selalu terngiang ditelingaku
hingga saat ini. hatiku tidak hancur, karena sebelumnya kau sudah menghancurkan
hatiku dengan semua tingkah lakumu. Bodohnya aku, aku selalu memafkanmu. Kau
lagi dan lagi dapat meyakinkanku. Dan aku tenggelam dalam semua janji busukmu.
aku mencintaimu, tapi aku pun membecimu sebesar aku mencintaimu. Aku memberikan
kesempatan itu lagi dan lagi. apa aku tidak terlalu totol? Mengijinkan
seseorang mengikis hatiku selalu. Kau berubah dalam sekejap, kau menjadi sosok
yang ku cinta dulu sejak pertama kita bertemu.sekejap aku terbuai. Sampai
saatnya, aku mengenal sosok teman yang menyadarkanku akan semua tentangmu. Dia
teman laki-laki ku yang sepertinya peduli padaku. “hanya orang bodoh yang jatuh
pada lubang yang sama” nasehat itu sangat ampuh untuk menyadarkanku dari
manisnya sikapmu. Disitu aku semakin sadar akan hadirmu yang hanya sebagai
penghancur hatiku. Aku mengakhiri status kita. Kau selalu mengajak ku balikan
denganmu. Satu sisi aku masih memncintaimu, tapi disisi lain rasa benciku
semakin besar dan lebih besar dari rasa cintaku padamu. Kau melakukan segala
cara untuk membuatku terbuai lagi dengan janji manis dan sikapmu. Aku ikuti
semua permainanmu. Tapi aku memilki aturanku sendiri dalam bermain. Sampai
temanku yang selalu menasehatiku, dia menyampaikan isi hatinya padaku. Aku
hanya terdiam, aku sedang tak ingin memulai kisah cinta klasik lagi dengan
siapapun. Ya jatuh cinta, lalu patah hati. Aku belum berani mengambil resiko
itu. entah bagaimana caranya, kau kenal dengan temanku. Kalian meminta
penjelasan padaku. Aku wanita tegas yang tak tahan akan ketidak pastian. Aku
sedikit bersandiwara dengan cara membohongi kau dan temanku bahwa aku mengalami
kecelakaan. Aku diam di rumah sakit menunggu kehadiran kalian. Kalian datang
dengan tergopoh gopoh mencariku sampai ke ruang IGD. Aku melihatnya dan tersenyum,
tapi aku pun sedih dan berpikir mungkin sikap itu hanya saat ini saja. Beberapa
saat kemudian aku menghubungimu dan temanku untuk segera datang ke depan mesjid
yang aku diami. Kau datang dengan wajah capek dan penuh emosi. Disusul temanku
yang datang yang menuduhmu sebagai pelaku yang menabrak ku. Disitu mungkin
memang aku jahat. Tapi disitu aku mengakhiri sandiwaraku dan segala sandiwara
kita. Aku menjelaskan padamu bahwa hatiku sudah beku sedari dulu padamu, tak
ada rasa sedikitpun yang tertinggal dalam hatiku lagi untukmu. Kau terdiam dan
menerima itu semua sepertinya. Kau tidak berkomentar, mungkin malu karena ada
temanku disebelahmu. Dan aku menjelaskan pada temanku bahwa persaanku hanya
sebagai sahabat dengannya. Aku nyaman dengannya sebagai sahabat, tidak lebih.
Kau dan dia menyepakati keputusanku ini. entah dengan ikhlas atau tidak. Kau
selalu menghubungiku walau sudah ku jelaskan semuanya. Kau semakin mendekatiku,
sedangkan dia semakin jauh denganku. Dia menghilang entah kemana. Dan kau, mencoba
dekat kembali denganku. Aku pun tak bisa menolak karena aku tak ingin
memutuskan tali silaturahim denganmu. Kau selalu mencoba mencuri hatiku. Hampir
saja aku tenggelam dengan semua janjimu, tapi aku langsung tersadar. Semakin
hari semakin dingin aku menanggapi mu. Kadang aku tak menggubrismu. Suatu hari
ku mendapati dirimu sedang jatuh cinta lagi. dan itu pada orang yang ku kenal.
Aku cukup diam dan tersenyum. Berdo’a semoga dia bukan korbanmu selanjutnya.
Dan syukurlah, dia lebih pintar dari yang ku kira. Dia lolos dari rayuan mu
yang beracun. Dan ku tutup kisah cintaku denganmu sampai disini. Aku ingin
berjalan sendiri tanpa ketergantungan denganmu. Menata semuanya dari awal. Dan
hidup kembali meberikan keceriaan dan aku bisa tanpa mu.
Lagi dan lagi aku bertindak bodoh. Dan untuk
selanjutnya aku akan lebih bijak dalam memilih sosok yang mencintaiku. Karena
cinta itu menurutku kebahagiaan. Jika hanya kesengsaraan yang diterima, itu
bukanlah cinta.
2 comments:
Plis gila bgt. Entah apa yang buat gue nyasar malem-malem ke blog lo ini. Kata-katanya menyentuh, di tambah gue juga pernah ngerasain kaya lo yang sesekali masih nakitin. Kasusnya sama, adik kelas dan beberapa yang lain. Ngerasa ada kesamaan dalam kisah lo ini. Btw ini kisah beneran?
wah kebetulaan banget ya sifa :D terimaksih sudah membaca postingan Nesya. ini kisah nyata. hehehe
Post a Comment
JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)