Hampir setahun sudah aku menyendiri tanpa sosorang
yang mendampingi. Aku terlalu sibuk untuk mengurusi hal seperti itu, yang pasti
ceritanya akan sama dengan kisahku sebelumnya. Jatuh cinta dan kemudian patah
hati. Suatu saat, sepupuku mengenalkanku padamu. Lewat chating di line kita
saling mengenal. Aku tak menyangka kau sudah mengenalku, dan semakin tak
percaya kau yang dulu pernah menjadi tamu ku dirumah nenek ku. Kau datang
dengan sepupuku dan rekan yang lain untuk alasan memenuhi undangan seminar. Awalnya
aku bersikap biasa, sangat biasa. Bahkan tak menatap wajahmu saat ku menyajikan
air dan makanan dihadapanmu. Aku hanya tertunduk dan pergi. Tapi sepupuku
mengenalimu padaku. Dengan semua chat mu yang luar biasa garingnya, tapi
membuatku tertawa. Sepupuku menyuruhku membalas chat mu di line. Disitu lah
kita mulai saling mengenal. Di facebook kita lebih saling mengenal, saat kau
memnita ID line ku. Kita sering chating setiap hari. Dari mulai obrolan yang
biasa sampai yang luar biasa. Kau mengajakku tertawa, rasanya sudah lama aku
tidak tertawa bebas jika menatap layar hp ku. Pembahasan yang biasa tapi
menjadi luar biasa saat diperbincangkan denganmu. Kau menjadi teman curhatku
setiap hari yang aku lalui. Mungkin karena usia kita yang berbeda beberapa
tahun, kau secara tidak langsung mengajariku bersikap dewasa. Dewasa dalam
berbicara, bersikap, dan bercanda. Dan aku merasakan perubahan itu. saat sedang
asyik aku melihat foto-foto di album fb ku. Aku melihat komentarmu singgah
disebuah fotoku. Tapi sayangnya aku mengacuhkan komentarmu. Dan yang lebih
parah, komentar itu dari tahun lalau. Ternyata kau mengenalku dari tahun lalu. Dan
beberapa kali kau mengirim pesan di fb ku. Mungkin aku kelewatan jutek, tapi ya
memang ini lah aku. Aku membahas hal itu padamu, dan ksu mengeluhkan hal itu
padaku. Semakin hari semakin dekat saja hubungan kita, ada saja yang
dibicarakan. Sesibukanya saat kau kerja, aku menyempatkan diri untuk membalas
chat ku di line. Pernah pun kau mengirim pesan audio untukku, kau bernyanyi
dengan indah. Sesekali aku selalu mendengarkan suaramu yang tersimpan di memori
hp ku. Terkadang kau membuatku kesal dengan tingkahmu yang menyebalkan. Tapi kau
mampu membuatku memberikan maaf untukmu dalam sekejap. Kau mengajariku
kesabaran saat berhadapan dengan sikap menyebalkanmu. Kau sesekali bahkan
sering menggombaliku. Bagaimana aku tidak tersipu? Aku wanita yang sensitif
hatinya. Wajar bila ku melayang saat kau lontarkan kata-kata manis padaku. Kau selalu
membuat kejutan di pesan singkatmu. Entah itu gombalanmu, sikap menyebalkanmu,
atau sekedar permainan yang akutak habis pikir kita melakukannya. Kau bertanya
padaku saat dulu aku pernah membeli jus di dekat rumahku. Dengan motor scoopy
merah, helm, sarung tangan, masker, dan semua ciri-ciri itu memang ku yakin itu
aku. Kau bilang sempat melihatku, tapi aku tidak menyadarinya. Selalu saja aku
tidak menyadari akan hadirnu. Yang memang ku ingat saat itu hanya ada satu
motor dihadapanku, dan itu laki-laki yang menatapku dengan tajam dan pekat. Aku
tidak menggubrisnya, aku tidak menghiraukannya.
Aku selalu
bertanya saat kau pulang kerja. Ngapain aja hari ini? kemana saja? Ada kejadian
apa aja? Dan kau menceritakannya dengan detail. Seorang perawat, itu pekerjaan
yang mulia menurutku. Kau menceritakan para pasienmu, dan aku senang membaca
ceritanya di line ku. Dan kau pun tak kalah menanyakan kesibukan hariku. Biar kita
belum bertemu secara resmi, tapi dengan hal ini aku dapat mengenalimu dari
semua ceritamu. Kau memberikanku perhatian yang lebih, yang sudah lama tak aku
rasakan. Kecuali dari orang tuaku. kau pernah menelpon ku, hanya gelak tawa
yang memecah malam itu. biar kita berbeda kota,tapi rasanya dekat saat kita
bertukar cerita dan bertukar pikiran. Kau mendewasakan aku dengan sikapmu yang
lembut. Pada saat kau wisuda, aku tak datang. Dan memang tidak berhak, aku pun
enggan. Aku hanya membuat gambar sketsa lelaki yang sedang memkai toga, lengkap
seperti lelaki yang sedang berwisuda. Itu hadiah yang ku berikan padamu. Kau selalu
menanyakan kapan aku pulang ke kotaku. Saatnya tiba aku pun pulang. Kau dengan
semangat ingin menemuiku, akupun begitu. Penasaran akan sosokmu yang hanya
kulihat lewat foto di fb saja. Malam itu sepulang aku makan-makan dengan
temanku kau menemuiku. Apa kau tau bagaimana keadaanku mempersiapkan diri untuk
bertemu denganmu? Aku sibuk dengan penampilanku, aku sibuk menenangkan diri
dari keresahan dan groginya diriku. Menahan gejolak hati yang tak karuan saat
itu. saat aku menunggumu di depan rumah temanku, rasanya jantungku akan copot. Gila
saja, tanganku gemetar hebat. Ku kepal tanganku dan ku tenangkan diri. kau
datang dihadapanku dengan tersenyum, ku sambut senyumanmu dengan senyuman
selamat datang dariku. Saat itu kita tidak bertemu dirumahku, kebetulan aku
sedang menginap dirumah temanku. Jadi kita bertemu dirumah temanku. Kau duduk,
aku duduk. Sejenak terlarut dalam keheningan. Kau membuka pembicaraan. Dengan gerogi
aku menyambut perbincanganmu malam itu, entah seperti apa tingkahku saat itu.
sikap menyebalkanmu kambuh, kau menatapku pekat. Aku tertunduk malu dan
tersenyum. Kau malah tertawa dan mengulangi hal itu terus menerus. Rasanya ingin
sekali aku mengunyahmu saat itu. kau laki-laki pertama yang membuatku tertunduk
malu. Karena biasanya aku malah melawan dan mengangkat kepala saat ada lelaki
yang memandangku. Tapi kau beda, kau mampu membuatku tersipu. Aku tak dapat
berkutik dihadapanmu. Aku yang lincah, aku yang bawel, aku yang heboh,aku yang
selalu mengeraskan suara, seakan semua sirna, aku berubah menjadi aku yang
anggun dan pemalu. Itu sangat diluar kewajaran. Kau mampu mengubah diri yang
keras ini menjadi lembut dengan keanggunan. Kau mencairkan sedikit suasana
dengan candaanmu. Giliranku yang memperhatikan setiap tingkahmu. Saat mata kita
beradu, aku hanya terdiam. Tak berani menatapmu lama. Aku terjebak denganmu
beberapa jam, karena diluar sana sedang turun hujan.kau selalu melihatku dengan
pekat, dan itu semakin membuatku diam dan tertunduk. Kau malah menambah aku
salah tingkah dengan menggeserkan tubuhhmu duduk mendekatiku. Aku refleks
menjauh dan kesal. aku yang pemberani seketika jadi pemalu dan grogi. Ini memang
sudah tidak wajar alias abnormal. Hujanpun reda, kau berpamitan pulang jam 11
malam. Dan pintarnya kamu saat itu tak membawa jas hujan saat keadaan seperti
ini. perjalanan dari rumah temanku kerumahmu 1 jam. Kau sudah melakukan sedikit
pengorbanan dan aku suka itu. kau mengajakku main keesokan harinya, tapi
keesokan harinya aku mendapati kabar bahwa kau demam. Aku merasa bersalah saat
itu. tapi itu bukan kemauan ku bertemu dimalam itu, kau yang memaksakan diri
bertemu denganku dimalam itu. biar tak bertemu asal kau sehat dahulu. Tapi kau
bilang akan membayar pertemuan kita. Tapi beberapa kali hal itu gagal. Sampai beberapa
hari kemudian barulah kita bertemu. Aku mulai membiasakan diri, dan mulai
menghilangkan rasa grogiku saat bertemu denganmu. Kita bercengkrama bersama
melawati malam itu. kedewasaanmu yang gagah membuatku terbuai dalam lamunan
masa depan denganmu. Aku mulai menyukaimu, mulai resah saat tak ada kabar darimu,
selalu gembira saat ada pesan darimu. Sesingkat itu kah cinta? Tidak tidak, aku
harus bijak. Tapi hati ini tak dapat ku kendalikan. Hati ini terpenuhi dengan
namamu. Kau terlalu cepat menghipnotisku. Sosok yang jenaka namun dewasa. Kau yang
membuatku berani bermimpi berani bercita-cita tinggi. Aku terlalu sibuk dengan
semua anganku bersamamu tanpa berfikir apakah kau sama seperti ku? Kita masih
saling memberi kabar. Tapi hari berganti hari, aku merasakan ada yang berubah
pada dirimu. Kau jarang memberikanku kabar, sudah tak ada canda tawa di
pesanmu, tak ada perhatian lebih lagi padaku. Aku yang tak bisa jauh selalu
mengalah, aku menanyakan kabarmu karena kekhawatiranku. Tapi sepertinya kau
tidak merasakan itu. Semakin hari kau semakin berubah, beberapa kali tak
membalas pesan singkatku. Kau hilang entah kemana. Seenaknya kau perlakukan ku
seperti ini, kau datang dan hilang begitu saja saat kau telah berhasil
membangun puing-puing khayalku bersamamu di masa depan. Walau tak ada status
pacaran aku bahagia denganmu. Aku tak ingin memulai semuanya dengan pacaran,
aku ingin berta’aruf denganmu menjalin hubungan yang serius denganmu dengan
melawati proses dan tahap tahap itu. tapi kau menghilang, mengaburkan semua
impian yang ku rangkaikai setiap harinya. Sepertinya aku tak pernah bijak memelih
seseorang untuk teman hidupku. Aku mencoba menjadikanmu jodohku dengan cara
menghormatimu dan mencintaimu. Tapi kau menghilang begitu saja tanpa pamit. Setidaknya
kalau memang kau tak merasa cocok dnganku, jelasnya secara detail padaku. Bukan
datang dan hilang seenakmu tanpa memikirkan persaanku. Sesaat kau membuatku
melayang terbang dan lalu kau menjatuhkanku. Bukan dengan perlahan tapi
langsung benar benar menjatuhkan ku. Tak ada kesiapapn apapun dariku. Aku hanya
menerimanya. Sesekali aku menghubungimu untuk sekedar menanyakan kabarmu. Tapi kau
tak seperti dulu, sikapmu dingin. Tapi apa berhak aku memintamu kembali seperti
dulu? rasanya tidak. aku tak mau membahas lagi tentang cinta. Apa artinya semua
ini saat kau sudah berani membangun puing-puing harapanku bersamanya? kau pernah
bilang, kau suka wanita yang pandai masak. Aku bilang aku akan berusaha untuk
bisa. Dan aku tahu, memasak itu mudah, dan aku bisa melakukannya. Aku hanya
merendah hati dihadapanmu. Makanan apa yang kau inginkan? Akan ku buatkan semuanya
untukmu. Hanya sekedar sayur? Kue? Makanan kering? Aku bisa melakukannya. Tak ada
berhak aku memintamu kembali seperti dulu, memintamu kembali padaku. Kau layak
mendapatkan cinta yang lebih dariku. Dengan semua kelebihanmu aku yakin kau
akan mendapatkan sosok yang jauh lebih baik daripada ku. Dan biarkan aku disini
diam dan menantikan jodohku yang sudah tertulis lauhul mahfudz untukku. Tapi hati
ini selalau berharap kau kembali, mungkin saja kau berubah pikiran. Karena hanya
kau yang mampu mebuatku tumbuh menjadi sosok wanita yang sempurna, yang anggun,
bertanggung jawab, dan mencintaimu dengan tulus. Aku tak menanyakanmu kabar
bukan berarti aku tak peduli, aku selalu memperhatikanmu lewat sosoal media. Aku
tak berani, karena aku tak berhak. Dan akhirnya akupun terjebak dalam kisan
cinta yang seperti ini lagi. kutahu tak ada kisah cinta yang dapat terhindar
dari air mata. Tapi, bagaimana kita bijak dalam memilih cinta. Dan kau datang
kemudian hilang.
Aku tidak kapok jatuh cinta. Hanya saja aku belum
dapat membentengi diri dari yang memberikanku harapan palsu. Semakin aku
mengenal banyak lelaki, semakin aku harus bijak dalam memilih teman hidupku selamanya,
bahagia bersamanya dan sukses bersamanya,.
0 comments:
Post a Comment
JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)