Dimalam yang sunyi
dengan hembusan angin yang menyela lewat fentilasi udara dikamarku membuat
malam ini semakin dingin. Pohon seakan melambai padaku dan mengucapkan selamat
malam. Jangkrik-jangkrik memainkan iramanya bak orkestra. Brug... Tiba-tiba ku
terdengar suara bantingan pintu, memecah suasana hening yang beberapa detik
lalu ku rasa. Sepertinya suara dari ruang tamu. Siapa yang datang ya? Apa
mungkin om dan tante. Ku hiraukan, lalu lanjut belajar.
Keesokan harinya saatku
membuka pintu, ku mendapati sepucuk surat di lantai, tepat di balik pintu
kamarku. Ku buka perlahan dengan rasa penasaran cukup besar. Dan ternyata itu
surat dari om ku.
Jangan
so baik deh kamu Dewi, jangan sok cantik deh kamu.
Toh
banyak yang paling cantik dari kamu. Numpang dirumah saya aja belagu, sombong
juga. ga tau diri amat. Mending kamu pergi dari rumah saya.
Sekarang
juga bawa barang-barang kamu.
Sepucuk surat sontak
membuatkku shock setengah mati. Aku diam sejenak, membaca kembali surat itu.
dan itu benar dan nyata adanya. Ya, aku tau mengapa om ku berkata seperti itu.
awalnya dulu saat masuk SMA aku di asuh tante dan om ku. Kami tinggal satu
rumah. Sampai dua tahun ini, dan ternyata om ku menyukaiku, menyukai keponakannya
sendiri. Apa itu tidak gila namanya? Dia sendiri yang bilang kalau dia
menyukaiku. Ya Alloh, apa dia gila? Aku terbingung-bingung sendiri
mendengarnya. Disitu aku bingung harus berbuat apa. Aku menjauhi om ku sendiri.
Aku memalingkan wajahku jika berhadapan langsung dengannya dan tak pernah ada
sepatah kata apapun yang keluar dari bibirkku. Ku hindari dia, aku taku sangat
takut.
Detik itu juga ku
bereskan barang-barangku, tanteku pun iktu mengusirku. Entah apa salahku
padanya? Apa mungkin om ku mengatakan hal-hal tidak wajar pada tantekku? Ya
sudahlah, aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku menangis sejadi-jadinya sambil
berjalan entah kemana. Langkahkku terhenti saat dihadapanku terdapat tulisan
Yayasan yatim piatu, ya yayasan yatim piatu. Aku tau kalau aku masih punya
orang tua, tapi orang tuaku jauh di Aceh. Tidak mungkin aku menyusulnya.
Apalagi aku tidak punya uang, dan aku baru
menginjak kelas 1 SMA. Aku diasuh tanteku karena keterbatasan ekonomi
keluargaku. Akupun langsung masuk ke yayasan itu dan menceritakan kejadian itu
pada pengasuh yang mempersilahkanku masuk dan duduk. Mereka ramah dan baik
sekali padaku. Mereka pun terhanyut dengan ceritaku. Jikalau aku memaksakan
untuk tinggal disana, aku takut sesuatu terjadi padaku. Buka suudzon tapi
waspada saja. Karena tante jarang ada dirumah dan kadang hanya ada aku dan om
ku. Aku takut sekali, maka dari itu lebih baik aku tinggal di yayasan ini. Aku
belum menghubungi orangtuaku disana. Karena aku tak ingin membuat mereka
khawatir
Setelah beberapa minggu
baru aku beritahukan kejadian ini pada orang tuaku. Mereka khawatir,
benar-benar khawatir. Aku jelaskan semuanya dan menenangkan ibuku. Bahwa disini
aku baik-baik saja, tak perlu ada yang dikhawatirkan. Para pengasuh disini
sangat baik padaku, disini aku mengajar ngaji anak-anak kecil dan membantu
semua yang bisa ku bantu. Dan alhamdulillah yayasan membiyayai sekolah ku.
Akhirnya ibu bisa tenang mendengar semuanya. Alhamdulillah, sekarang aku
belajar bahwa pendidikan itu harus aku prioritaskan bagaimanapun caranya asal
halal. Setelah beberapa tahun, adikku di
ajak tanteku untuk menemaniku di panti. Entah kenapa ibu bisa mengijinkan
adikku. Mungkin karena kasihan melihatku sendiri terkapar di panti. Jujur,
walau disini ramai oleh anak-anak panti tapi aku tetap merasa kesepian seorang
diri. jika aku sakit, aku merawat diriku sendiri. Para pengasuh sibuk dengan
tugas-tugas yang lain. Karena aku sudah besar, jadi mereka sudah menganggapku
lebih mandiri.
Setibanya adikku di
panti, aku senang karena aku ada teman ngobrol, bercanda. Tapi aku kasihan pada
adikku, dalam usianya yang dini dia haru jauhdari ibu. Aku yang sebesar ini
saja berat jauh dari ibu, apalagi adikku yang masih kecil. Terlanjurlah adikku
berada disini. Dia juga disekolahkan di SD terdekat. Ya walau jaraknya tidak
dekat dari panti, tapi itu memang SD terdekat. Pulang pergi ia jalan sepanjang
2km. Akku kasihan pada adikku, dia harus merasakan perih sejak masih kecil.
Tapi aku akan membalas semuanya dengan kesuksesanku, akan ku sejahterakan ayah,
ibu, dan adik-adikku.
Setelah lulus SMA,
alhamdulillah panti membiyayaiku kuliah disalah satu universitas di
Bandung. Aku semakin rajin membuat
proposal ke berbagai donatur yang ingin menyumbangkan sebagian hartanya untuk
panti asuhan kami. Walau sedikit, itu sangat berarti untuk kami. Di kampus aku
memiliki banyak teman baru. Mereka asyik-asyik banget, sangat membuatku
terhibur dari sepi sunyinya dunia panti yang kadang membuatku sedih dan bosan.
Adikku pun terlihat senang dengan teman di sekolahnya, mereka sering main
bersama.
Pada suatu hari, aku
terjatuh sakit. Aku terbaring lemah dikasur dengan beberapa tumpukan tugas dari
dosen.
“ka dewi, kenapa ka?
Kakak sakit?” tanya Dita, adikku
“iya de, ambilin obat
di laci meja kakak ya de.” Pintakku dengan suara hampir tak terdengar
Di kamar ini, kamar
yang mungkin hanya berukuran 2x2m dengan satu kasur kecil, satu lemari pakaian
yang menurutku tidak cukup untuk tempat pakaian kami berdua, meja belajar yang
lumayan untuk menyimpan buku-buku kami, kkursi, dan ranjang cucian yang sudah
menumpuk dari kemarin. Disinilah adikku yng msaih belia merawatkub yang sedang
sakit. Aku tertidur setengah sadar, ternyata adikku mengompresku. Aku ingin
seperti yang lain, mendapatkan kasih sayang orang tua seutuhnya, ingin
merasakan belaian kehangatanan sentuhan ibu, dan keharmonisan keluarga lagi.
Apalagi adikku yang masih kecil, dimana dia sedang haus akan dahaga kasih ayang
orang tua. Ya Alloh, betapa sedihnya aku dan bangganya aku dengan adikku. Sedih
karena aku sebagai kakak yang tak berdaya terbaring, tapi bangga memiliki adik
seperti Dita yang sangat sayang dan peduli padaku. Alhamdulillah, sakitku tidak
parah-parah amat. Aku menjalankan aktifitasku kembali.
Pada suatu hari adikku
sedang diam sambil nonton tv di ruang tv panti.
“de, dari pada diem
mending nulis yuk bareng kakak” ajak ku padanya
“ayo kak, nulis apa
kak?” tanya adikku dengan tatapan polos dan mata yang berbinar
“kamu tulis kaya diary
gitu. Kamu tulis semua perasaan kamu, misalnya lagi sedih, senang atau apa
gitu. Terus kamu tulis, apap keninginan kamu. Kalau misalnya keinginan dita
udah terwujud, tinggal dita nyoret aja” jelasku panjang pada adki kesayanganku
“oh... iya kak iya.
Banyak banget deh yang dita pengen. Ok kak, dita mau ambil buku sama pensil
dulu ya kak” ucap adikku dengan semangat ’45. Hehehehe
Beberapa minggu
berjalan, dia rajin sekali menulis. Entah apa yang dia tulis aku tidak tahu.
Pada suatu hari ku melihat dia menulis sambil menangis sendiri. Aku penasaran
dengan tulisannya, akupun melihat tulisan adikku diam-diam.
Ibu,
ibu tau ga? Dede sedih banget. Temen-temen dede
suka
dijemput kalau pulang sekolah, suka di ajak jalan-jalan
kalau
lagi liburan. Sedangkan ade Cuma diem aja di panti sama
kakak. Ade suka sedih liat kakak sakit tapi ga
ada yang ngurus,
sedih
juga pas ade sakit yang ngurus kakak Dewi. Kan pengen
dirawat
sama ibu. Dede kangen sama ibu, dede pengen pulang bareng
ka dewi ke sana. Bu. Dede pengen pulang.
Pengen pulang.....
Tak
terasa bulir air mata membasahi pipi, terhujam hati ini membaca curahan hati
adikku. Reiris perasaan ini memandang diriku yang belum bisa memulangkan adikku
kerumah. Aku hanya bisa menghibur adikku, hanya bisa mengalihkan kesedihan
adkku agar tidak berlarut-larut. Aku berusaha menjadi kakak terbaik yang ada
untuk adikku saat senang maupun susah.aku ingin kehidupanku seperti remaja lain
yang normal, yang tinggal bersama keluarga dengan keharmonisannya. Tapi mungkin
sekarang aku belum bisa jadi apa yang diinginkan adikku, tapi aku janji akan
berusaha membahagiakan adikku, dan juga keluargaku. Ku teguhkan pendiriankku,
ku kuatkan keinginanku dengan berlandaskan agama. Ada satu pegangan ayat
Al-Qur’an yang menguatkankku atas semua problema hidupku.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)
Aku bersabar,
aku akan bekerja keras untuk membahagiakan keluargaku dan mengangkat martabat
mereka agar tak ada satu orangpu yang memandang keluargaku sebelah mata. Akku
adalah ana perempuan yang ingin menunjukan bahwa aku bisa menjadi sukses, bisa
memberikan kebahagiaan, dan bisa memberikan sedikit ajaran-ajaran agama pada
orang yang berada di dekatku. Aku ingin bermanfaat bagi diriku sendiri dan
orang lain.
Suatu
hari dikampus, teman-temanku sedang merencanakan bakti sosial.mereka membahas
panti dan anak jalanan. Dan tertujulah panti asuhanku yang akan mereka beri
bantuan. Aku sangat senang sekali dengan rencana mereka. Ternyata mereka peduli
dan terjun langsung, bukan hanya bicara. Mereka mencari dana dengan cara meminta
bantuan pada dosen, teman-teman kampus, sampai mengamen. Sungguh luar biasa,
dan akupun ikut terjun dalam acara ini. Aku ikut berpanas-panasan dijalan, ikut
menghirup debu dijalanan, dan ikut merasakan perjuangan.
Hari
dimana baksos diselenggarakan, mereka datang membawa kebahagiaan bagi semua
anak-anak yatim. Teman-teman mengadakan perlombaan, nyanyi bersama, tertawa
bersama, menonton film bersama, buka puasa, makan, dan sholat berjamaah.
Semuanya seperti satu keluarga besar yang saling tolong menolong, saling
membantu dan saling membangkitkan satu sama lain, saling menebarkan kebahagiaan
dan senyuman. Aku senang sudah kenal mereka, aku bangga dengan teman-temanku.
Walau terkadang aku ingin menjadi orang lain yang keluarganya utuh. Tapi aku
senang dengan keadaanku sekarang ini karena ada teman-teman didekatku yang
sangat loyal padaku. Aku ingin pertemanan ini selamanya, dan pertemanan ini tak
akan pernah ternilai harganya.
0 comments:
Post a Comment
JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)