NESYA PUSPITA PUTRI

Thursday, 22 August 2013

AKU INGIN SEPERTI YANG LAIN






Dimalam yang sunyi dengan hembusan angin yang menyela lewat fentilasi udara dikamarku membuat malam ini semakin dingin. Pohon seakan melambai padaku dan mengucapkan selamat malam. Jangkrik-jangkrik memainkan iramanya bak orkestra.  Brug... Tiba-tiba ku terdengar suara bantingan pintu, memecah suasana hening yang beberapa detik lalu ku rasa. Sepertinya suara dari ruang tamu. Siapa yang datang ya? Apa mungkin om dan tante. Ku hiraukan, lalu lanjut belajar.
Keesokan harinya saatku membuka pintu, ku mendapati sepucuk surat di lantai, tepat di balik pintu kamarku. Ku buka perlahan dengan rasa penasaran cukup besar. Dan ternyata itu surat dari om ku.
Jangan so baik deh kamu Dewi, jangan sok cantik deh kamu.
Toh banyak yang paling cantik dari kamu. Numpang dirumah saya aja belagu, sombong juga. ga tau diri amat. Mending kamu pergi dari rumah saya.
Sekarang juga bawa barang-barang kamu.
Sepucuk surat sontak membuatkku shock setengah mati. Aku diam sejenak, membaca kembali surat itu. dan itu benar dan nyata adanya. Ya, aku tau mengapa om ku berkata seperti itu. awalnya dulu saat masuk SMA aku di asuh tante dan om ku. Kami tinggal satu rumah. Sampai dua tahun ini, dan ternyata om ku menyukaiku, menyukai keponakannya sendiri. Apa itu tidak gila namanya? Dia sendiri yang bilang kalau dia menyukaiku. Ya Alloh, apa dia gila? Aku terbingung-bingung sendiri mendengarnya. Disitu aku bingung harus berbuat apa. Aku menjauhi om ku sendiri. Aku memalingkan wajahku jika berhadapan langsung dengannya dan tak pernah ada sepatah kata apapun yang keluar dari bibirkku. Ku hindari dia, aku taku sangat takut.
Detik itu juga ku bereskan barang-barangku, tanteku pun iktu mengusirku. Entah apa salahku padanya? Apa mungkin om ku mengatakan hal-hal tidak wajar pada tantekku? Ya sudahlah, aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku menangis sejadi-jadinya sambil berjalan entah kemana. Langkahkku terhenti saat dihadapanku terdapat tulisan Yayasan yatim piatu, ya yayasan yatim piatu. Aku tau kalau aku masih punya orang tua, tapi orang tuaku jauh di Aceh. Tidak mungkin aku menyusulnya. Apalagi aku tidak punya uang, dan aku baru  menginjak kelas 1 SMA. Aku diasuh tanteku karena keterbatasan ekonomi keluargaku. Akupun langsung masuk ke yayasan itu dan menceritakan kejadian itu pada pengasuh yang mempersilahkanku masuk dan duduk. Mereka ramah dan baik sekali padaku. Mereka pun terhanyut dengan ceritaku. Jikalau aku memaksakan untuk tinggal disana, aku takut sesuatu terjadi padaku. Buka suudzon tapi waspada saja. Karena tante jarang ada dirumah dan kadang hanya ada aku dan om ku. Aku takut sekali, maka dari itu lebih baik aku tinggal di yayasan ini. Aku belum menghubungi orangtuaku disana. Karena aku tak ingin membuat mereka khawatir
Setelah beberapa minggu baru aku beritahukan kejadian ini pada orang tuaku. Mereka khawatir, benar-benar khawatir. Aku jelaskan semuanya dan menenangkan ibuku. Bahwa disini aku baik-baik saja, tak perlu ada yang dikhawatirkan. Para pengasuh disini sangat baik padaku, disini aku mengajar ngaji anak-anak kecil dan membantu semua yang bisa ku bantu. Dan alhamdulillah yayasan membiyayai sekolah ku. Akhirnya ibu bisa tenang mendengar semuanya. Alhamdulillah, sekarang aku belajar bahwa pendidikan itu harus aku prioritaskan bagaimanapun caranya asal halal.  Setelah beberapa tahun, adikku di ajak tanteku untuk menemaniku di panti. Entah kenapa ibu bisa mengijinkan adikku. Mungkin karena kasihan melihatku sendiri terkapar di panti. Jujur, walau disini ramai oleh anak-anak panti tapi aku tetap merasa kesepian seorang diri. jika aku sakit, aku merawat diriku sendiri. Para pengasuh sibuk dengan tugas-tugas yang lain. Karena aku sudah besar, jadi mereka sudah menganggapku lebih mandiri.
Setibanya adikku di panti, aku senang karena aku ada teman ngobrol, bercanda. Tapi aku kasihan pada adikku, dalam usianya yang dini dia haru jauhdari ibu. Aku yang sebesar ini saja berat jauh dari ibu, apalagi adikku yang masih kecil. Terlanjurlah adikku berada disini. Dia juga disekolahkan di SD terdekat. Ya walau jaraknya tidak dekat dari panti, tapi itu memang SD terdekat. Pulang pergi ia jalan sepanjang 2km. Akku kasihan pada adikku, dia harus merasakan perih sejak masih kecil. Tapi aku akan membalas semuanya dengan kesuksesanku, akan ku sejahterakan ayah, ibu, dan adik-adikku.
Setelah lulus SMA, alhamdulillah panti membiyayaiku kuliah disalah satu universitas di Bandung.  Aku semakin rajin membuat proposal ke berbagai donatur yang ingin menyumbangkan sebagian hartanya untuk panti asuhan kami. Walau sedikit, itu sangat berarti untuk kami. Di kampus aku memiliki banyak teman baru. Mereka asyik-asyik banget, sangat membuatku terhibur dari sepi sunyinya dunia panti yang kadang membuatku sedih dan bosan. Adikku pun terlihat senang dengan teman di sekolahnya, mereka sering main bersama.
Pada suatu hari, aku terjatuh sakit. Aku terbaring lemah dikasur dengan beberapa tumpukan tugas dari dosen.
“ka dewi, kenapa ka? Kakak sakit?” tanya Dita, adikku
“iya de, ambilin obat di laci meja kakak ya de.” Pintakku dengan suara hampir tak terdengar
Di kamar ini, kamar yang mungkin hanya berukuran 2x2m dengan satu kasur kecil, satu lemari pakaian yang menurutku tidak cukup untuk tempat pakaian kami berdua, meja belajar yang lumayan untuk menyimpan buku-buku kami, kkursi, dan ranjang cucian yang sudah menumpuk dari kemarin. Disinilah adikku yng msaih belia merawatkub yang sedang sakit. Aku tertidur setengah sadar, ternyata adikku mengompresku. Aku ingin seperti yang lain, mendapatkan kasih sayang orang tua seutuhnya, ingin merasakan belaian kehangatanan sentuhan ibu, dan keharmonisan keluarga lagi. Apalagi adikku yang masih kecil, dimana dia sedang haus akan dahaga kasih ayang orang tua. Ya Alloh, betapa sedihnya aku dan bangganya aku dengan adikku. Sedih karena aku sebagai kakak yang tak berdaya terbaring, tapi bangga memiliki adik seperti Dita yang sangat sayang dan peduli padaku. Alhamdulillah, sakitku tidak parah-parah amat. Aku menjalankan aktifitasku kembali.
Pada suatu hari adikku sedang diam sambil nonton tv di ruang tv panti.
“de, dari pada diem mending nulis yuk bareng kakak” ajak ku padanya
“ayo kak, nulis apa kak?” tanya adikku dengan tatapan polos dan mata yang berbinar
“kamu tulis kaya diary gitu. Kamu tulis semua perasaan kamu, misalnya lagi sedih, senang atau apa gitu. Terus kamu tulis, apap keninginan kamu. Kalau misalnya keinginan dita udah terwujud, tinggal dita nyoret aja” jelasku panjang pada adki kesayanganku
“oh... iya kak iya. Banyak banget deh yang dita pengen. Ok kak, dita mau ambil buku sama pensil dulu ya kak” ucap adikku dengan semangat ’45. Hehehehe
Beberapa minggu berjalan, dia rajin sekali menulis. Entah apa yang dia tulis aku tidak tahu. Pada suatu hari ku melihat dia menulis sambil menangis sendiri. Aku penasaran dengan tulisannya, akupun melihat tulisan adikku diam-diam.

Ibu, ibu tau ga? Dede sedih banget. Temen-temen dede
suka dijemput kalau pulang sekolah, suka di ajak jalan-jalan
kalau lagi liburan. Sedangkan ade Cuma diem aja di panti sama
 kakak. Ade suka sedih liat kakak sakit tapi ga ada yang ngurus,
sedih juga pas ade sakit yang ngurus kakak Dewi. Kan pengen
dirawat sama ibu. Dede kangen sama ibu, dede pengen pulang bareng
 ka dewi ke sana. Bu. Dede pengen pulang. Pengen pulang.....

Tak terasa bulir air mata membasahi pipi, terhujam hati ini membaca curahan hati adikku. Reiris perasaan ini memandang diriku yang belum bisa memulangkan adikku kerumah. Aku hanya bisa menghibur adikku, hanya bisa mengalihkan kesedihan adkku agar tidak berlarut-larut. Aku berusaha menjadi kakak terbaik yang ada untuk adikku saat senang maupun susah.aku ingin kehidupanku seperti remaja lain yang normal, yang tinggal bersama keluarga dengan keharmonisannya. Tapi mungkin sekarang aku belum bisa jadi apa yang diinginkan adikku, tapi aku janji akan berusaha membahagiakan adikku, dan juga keluargaku. Ku teguhkan pendiriankku, ku kuatkan keinginanku dengan berlandaskan agama. Ada satu pegangan ayat Al-Qur’an yang menguatkankku atas semua problema hidupku.
 “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)
Aku bersabar, aku akan bekerja keras untuk membahagiakan keluargaku dan mengangkat martabat mereka agar tak ada satu orangpu yang memandang keluargaku sebelah mata. Akku adalah ana perempuan yang ingin menunjukan bahwa aku bisa menjadi sukses, bisa memberikan kebahagiaan, dan bisa memberikan sedikit ajaran-ajaran agama pada orang yang berada di dekatku. Aku ingin bermanfaat bagi diriku sendiri dan orang lain.
Suatu hari dikampus, teman-temanku sedang merencanakan bakti sosial.mereka membahas panti dan anak jalanan. Dan tertujulah panti asuhanku yang akan mereka beri bantuan. Aku sangat senang sekali dengan rencana mereka. Ternyata mereka peduli dan terjun langsung, bukan hanya bicara. Mereka mencari dana dengan cara meminta bantuan pada dosen, teman-teman kampus, sampai mengamen. Sungguh luar biasa, dan akupun ikut terjun dalam acara ini. Aku ikut berpanas-panasan dijalan, ikut menghirup debu dijalanan, dan ikut merasakan perjuangan.
Hari dimana baksos diselenggarakan, mereka datang membawa kebahagiaan bagi semua anak-anak yatim. Teman-teman mengadakan perlombaan, nyanyi bersama, tertawa bersama, menonton film bersama, buka puasa, makan, dan sholat berjamaah. Semuanya seperti satu keluarga besar yang saling tolong menolong, saling membantu dan saling membangkitkan satu sama lain, saling menebarkan kebahagiaan dan senyuman. Aku senang sudah kenal mereka, aku bangga dengan teman-temanku. Walau terkadang aku ingin menjadi orang lain yang keluarganya utuh. Tapi aku senang dengan keadaanku sekarang ini karena ada teman-teman didekatku yang sangat loyal padaku. Aku ingin pertemanan ini selamanya, dan pertemanan ini tak akan pernah ternilai harganya.

0 comments:

Post a Comment

JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons