Pada suatu malam yang dingin yang munusuk tulang
lengkap dengan air langit yang menetes seakan memberi kehidupan. Sesosok ibu
paruh baya dengan kedua anaknya yang sekiranya berusia 4-6 tahun dan yang
berusia dibawah satu tahun. sebuah memandangan yang tidak jarang tergambarkan
dalam sebuah bayangan bahkah realita kehidupan yang kejam. Sang ibu dengan
pakaian putih lusuh berjalan membelah perempatan jalan kota Bandung.
Dengan
seksama ku perhatikan, lengan kanannya yang terlihat kuat itu mendorong sebuah
gerobak kayu usang yang ukurannya lumayah besar yang berisi tumpukan barang-barang
bekas tertutup beberapa tumpukan karung. Menambah kesan kuatnya sang ibu itu,
seorang anak yang duduk disela-sela tumpukan barang bekas itu dengan tatapan
kosong tak bermakna. Sedang tangan kiri sang ibu menggenggam payung yang
berwarna hijau tua terlihat melindungi diri dan seorang balita digendongnya
dengan sebuah kain. Sebuah payung yang sangat berarti baginya untuk melindungi
diri dan buah hatinya dari tetesan air hujan yang menambah dingin suasana
malam.
Sosok yang tersamarkan ribuan tetes air hujan lekat-lekat aku tajamkan
penglihatan. Lengan dan kaki itu terlihat kuat menopang apa yang ia bawa. Mungkin
sosok itu lebih kuat, ketika harus menopang diri untuk tanggung jawab pada
kedua buah hatinya.kaki itu melangkah ditengah-tengah lampu merah, puluhan
mungkin bahkan ratusan lampu kendaraan menyoroti setiap langkahnya. Dengan cahaya
lampu kota yang setidaknya mampu menyinarinya sosok itu berjalan bak artis yang
sedang memainkan peran diatas panggung tanpa ragu untuk melenggak dijalanan.
Langkahnya semakin cepat, hingga kemudian bayangannya hilang. Dan setiap jejaknyapun hilang oleh setiap
kendaraan yang satu persatu melewati setiap tapaknya.
0 comments:
Post a Comment
JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)