Malam minggu yang kelabu tapi membuatku selalu
merindu. Malam minggu yang syahdu, ku manfaatkan menulis kata-kata ini tanpa
lantunan lagu. Karena sulit bagiku menuangkan imajinasiku dalam suara suasana
yang gaduh.
Malam ini aku bertemu denganmu. Jujur, aku sangat
merindukanmu. Tapi bukan merindukan ragamu, tapi merindukan sosokmu yang dulu.
kau tau berapa lama cinta kita berpadu? Berbulan bulan lamanya hingga kita
niatkan tuk saling menyematkan cincin dan ikatan suci atas nama Illahi. Sebelumnya
maafkan aku, tapi ini juga bukan salahku dan pun bukan salahmu. Hati ini
bagaikan kurva dengan titik tertentu yang tak beraturan naik dan turun,begitu
juga hatiku.Rasa ini bagai goresan garis lurus yang melintang diantara titik
titik cintaku padamu, terkadang naik dan tak jarang pun turun. Ini hal biasa
dalam sebuah hubungan dua manusia. Garis kurvaku yang dinamis tak menentu
kemana arah hati kan membawanya, kini ia jatuh drastis pada titik yang paling
rendah. Sekali lagi ku tegaskan, ini bukan salah mu atau pun juga salah ku.
Garis kurva ku tetap pada titik jenuh itu, statis tanpa pergerakan menuju
perbaikan. Padahal hubungan ini sudah kita rencanakan sampai pelaminan. Tapi entah,
aku pun kebingungan. Aku merasa kau tak seperti dulu. Entah ini hanya perasaan
ku atau memang kenyataannya begitu. Kau dekat, bahkan sangat dekat. Tapi entah
mengapa rasanya sulit menggapai hatimu dengan rengkuhan hatiku yang semakin
hari semakin menjauh. Boleh kah aku mencurahkan apa yang terselubung dalam
kata-kata ku sepanjang paragraf tadi? Sebelumnya maafkan aku bila aku lancang
mengatakan hal ini.
Sayang..... aku merasa kehilangan hatimu dalam
ragamu. Hatimu yang dulu selalu memujiku, hatimu yang dulu selalu
mengutamakanku, hatimu yang selalu dekat dengan hatiku, dan bahkan hatimu yang
menerima segala kekuranganku tanpa menuntut ini dan itu. Tapi kini.... aku tak
menemukan hal itu. Bukan aku tak menemukan, tapi aku tak merasakan. Semuanya
masih sama, hanya saja saat ini secara tidak langsung kau memaksaku menjadi apa
yang kau mau. Aku tau, itu untuk kebaikan ku sekarang dan masa yang akan
datang. Tapi mengertilah, ketika cinta terlalu banyak tuntutan ini dan itu, kau
tidak akan pernah menemukan kepuasan.
Sayang.... dengarkan aku. Walau aku tau, kau selalu
mendengarkanku dengan seksama. Tapi sekarang dengarkan aku sebagai wanita yang
hendak menuju dewasa. Jangan menuntutku ini dan itu. walau aku tau kau ingin
yang terbaik untuk ku dan untukmu di kehidupan kita yang baru. Tapi dengarlah,
setiap apa yang kau inginkan adalah tekanan bagiku. Usia kita yang terlampau
cukup jauh membuatku belajar begitu keras untuk mengejar semua yang tertinggal
dari mu. Aku diam bukan berarti aku tak bertindak. Aku belajar pada kehidupan.
Tapi aku mohon, jangan kau tuntut aku sekeras mungkin. Aku masih belajar, PR ku
masih terlalu banyak untuk ku selesaikan. Menjadi wanita sholehah, cantik,
anggun, menawan, cerdas dan keibuan siapa yang tak ingin?
Percayalah, aku pun sedang memperjuangkan diri
menjadi wanita yang sempurna dimataku, dimata mu bahkan dihadapan-Nya. Jangan
tuntut aku dengan semua keinginanmu. Semakin hari aku semakin membunuh waktu
ku, menghitung mundur sampai hari dimana kau mengkhitbahku. Hari demi hari aku
belajar menjadi wanita seperti itu. jangan paksakan aku, dan jangan menuntut
aku. Yang aku butuhkan adalah bimbingan darimu. Yang aku inginkan adalah
tuntunan dari mu. Ketika kelak kau menjadi imamku, percayalah semua hal yang
aku lakukan akan berdampak baik padaku dan dirimu.
Disini aku belajar sendiri, belajar memahamimu,
belajar mengenalmu, belajar menjadi apa yang kau mau. Tapi tidak semudah itu,
sayang. Ketika keinginan keinginanmu menjadi obsesi bagimu itu hal yang tidak
baik. semoga saja kau tak seperti itu. dampingi aku untuk melewati proses itu.
tuntun aku menggapai puncak itu. Jangan pernah bosan dan menyerah. Aku disini
siap mendaki tangga-tangga itu asal kau selalu menuntunku dan kita jalan
bersama berdampingan. Bukan aku yang berjalan sendirian di belakang dan kau
meneriaki ku dari depan.
Aku bercermin, aku bukanlah wanita yang sempurna. Entah
itu dalam hal fisik, sifat, kecerdasan, dan hal lainnya. Tapi terimalah aku apa
adanya. Lalu kita melangkah bersama dan bergandengan untuk merubah menjadi yang
yang lebih biak. Kau menuntunku dan mengajariku segalanya. Bahkan kita bisa
belajar bersama dalam sekolah kehidupan ini. bukan malah “Terima kamu lebih
dari adanya” (kata-kata mu dulu yang masih terngiang di telinga dan membekas
dihatiku). Aku tau kau ingin yang terbaik untukmu, tapi sadarlah ketika aku tak
sesempurna itu dan tak secepat itu dalam berproses menjadi apa yang kamu mau.
Sayang.... andai lidah dan bibirku mampu mengatakan
hal ini dihadapanmu. Mungkin tulisan ini tak kan ku buat. Lidahku terlalu kelu
dan kaku melontarkan segalanya padamu. Tapi percayalah, cinta ini masih setia
untukmu. Mungkin aku hanya terlalu merasa sendiri pada proses kemandirian dan
kedewasaan tanpa tuntunan darimu. Ingatlah sayang, yang ku butuhkan adalah
tuntunan bukan tuntutan J
2 comments:
Post a Comment
JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)