Iklim
tropis yang terasa hangat ku nikmati setibanya
ke Indonesia. Sudah bertahun-tahun lamanya aku kuliah di Malaysia. Rasanya
seperti berabad-abad aku tinggal disana. Negara yang begitu indah panoramanya,
negara yang kaya akan budaya,negara yang memilik berbagai macam cita rasa, dan
masih banyak lagi. Ku injakan kaki di kota yang dijuluki kota kembang, kota
yang kaya akan kuliner, fashion, wisata, dan lainnya. Dimana lagi kalau bukan
Bandung. Kerinduanku menjalar pada setiap sudut hatiku, kerinduan akan
kulinernya, macetnya kadang-kadang, orang-orangnya yang ramah, bahasa sundanya,
dan pasti rindu akan keluargan dan teman-temanku. Ayah dan ibu menjemputku di bandara Husen setelah
dzuhur. Sebelum pulang kerumah, kita berkeliling untuk sedikit bernostalgia
dengan hiruk pikuk sudut kota Bandung. Walau sedikit merasa capek, tapi semua
itu terbayar dengan asyiknya perjalananku dan keluarga.
Akan
ku gapai impianku sebagai penulis di Indonesia. Di Malaysia aku kuliah di International
Islamic University of Malaysia.
Aku ingin sekali menjadi seorang novelis. Alhamdulillah
aku sudah menulis beberapa buku yang siap diterbikan. Aku ingin buku-buku ku di
terbitkan oleh redaksi di Indonesia agar dapat memajukan Indonesia dan bisa
menjadi inspirasi bagi kaum muda Indonesia. Aku menulis semua yang ingin aku
tulis, dari novel islami, cerita anak-anak, novel remaja, dan lain sebagainya.
Alhamdulillah
salah satu bukuku diterbitkan. Novel berjudul “My first love” . Novel remaja yang menceritakan tentang cinta
pertamanya namun tak pernah ada pengakuan dan kepastian. Dan akhirnya dengan
restu Alloh, mereka dipertemukan kembali setelah lost contect 15 tahun lamanya. Novel ini
berbicara tentang takdir Alloh, dimana tidak ada yang tidak mungkin di dunia
ini. Ini adala novel yang diangkat dari kisah nyata diriku sendiri. Acara
launching diadakan di Balai Kota Bandung, ku undang beberapa temanku termasuk
Icha. Tapi aku tidak melihat sosok Adit dan Ezha, entah kemana mereka. Padahal
aku sering mengirim e-mail pada mereka.
Hari
dimana launching novelku berlangsung, aku bangga sekali. Ada beberapa bintang
tamu seperti Radi Aditya, Oki Setiana Dewi, dan lain sebagainya. Wah, hebat
sekali. Ini hari yang istimewa. Dulu aku yang selalu datang saat adanya
launching atau seminar. Dan sekarang aku yang melaunhingkan bukuku, subhanalloh.
Acara berjalan dengan sukses, Radtya dan oki memberikan komentarnya terhadap
novelku, kita berdiskusi bersama.
Usai
acara ku hampiri Icha. Kita berbincang-bincang dan bernostalgia. Icha yang
bawel, bising, riweuh tetep aja ga berubah. kita berdua mengulang kembali
masalalu dengan pergi ke tempat-tempat tongkrongan kita di daerah dago.
“put
tau ga? Adit udah nikah tau” jelas icha yang sontak membuatku kaget setengah
mati.
“hah?
Masa?” dengan mata membelalak ku bertanya lagi untuk mendapat kepastian
“iya
put, pas banget kamu pertama datang ke Indonesia. Dia sengaja ga kasih tau
kamu. Dia nikah itu karena terpaksa harus tanggung jawab. Ceweknya hamil diluar
nikah. Soalnya pas aku kesana, perut ceweknya aga berisi gitu. Mungkin dia malu
sama kamu. Aku erita ke kamu biar kamu
ga berharap atau salah paham sama dia. Tapi bukan dia yang hamilin ko,
dia hanya kasihan dan bertanggung jawab soalnya itu cewek temen dia dari kecil.
Ceweknya diperkosa sama temannya sendiri, dan temannya meninggal bunuh diri”
jelas icha tanpa titik koma pada putri
“astagfirullohal
adzim.... subhanalloh. Adit sangat luar biasa, dia mau bertanggung jawab
sebesar itu. nanti aku akan menemui dia dan istrinya”
Jujur,
aku tidak merasa cemburu, kecewa atau apalah itu. mungkin perasaanku memang
hanya sebatas kagum padanya. Jadi tak ada efek apa-apa saat berita itu sampai
ditelingaku.
“terus
Ezha kemana?” tanyaku cemas
“aku
ga tau put. Beberapa lama setelah kamu
pergi ke Malaysia. Ezha pun pergi, tanpa pamit padaku. Tuh anak ngilang aja.
Kan aneh. Aku hubungi tuh ga bisa, aku cari kerumahnya tuh ga ada. Keluarganya
pindah. Dia kan suka pindah-pindah ga jelas gitu deh sama keluarganya” jelas
icha panjang lebar
“oh
iya, mungkin.” Jawabku singkat, dua orang yang aku kagumi pergi dari hidupku.
Ya, mungkin ini takdir. Aku tak banyak
berkomentar. Aku hanya diam, mengenang semua masalalu. Orang yang aku sayang
selalu pergi meninggalkanku. Aku hanya pasrah pada yang Maha kuasa. Aku tau,
Alloh merencanakan sesuatu untukku yang mungkin akan indahpada waktunya atas
ijin-Nya. Amiin....
Aku
dan icha pergi menuju rumah adit dan
istrinya tinggal. Mereka tinggal di daerah cibiru. Di sebuah rumah yang
sederhana namun nyaman dan kehangatan keluarga sangat terasa. Adit menceritakan
semuanya, dan ternyata benar dengan cerita Icha. Tapi Adit menyayangi Vivi
sebagai istrinya dengan tulus.kita semua seperti reunian gitu. Walau memang aku
dan Adit ada sedikit ke canggungan. Aku masih teringat surat yang diberikan
Adit bahwa dia akan menungguku. Ya, mungkin ini jalan dari Alloh. Pasti Alloh
menyimpan suatu rencana lain untukku.
Meratapi
semua yang terjadi padaku, kuterdiam dan hanyut dalam lamunanku. Tiba-tiba
suara hp membuayarkan lamunanku tadi.
“hao
assalamualaikum”
“waalaikumsalam,
ini putri? Bisa datang ke kantor saya besok jam 10 pagi. Ada hal yang harus
dibicarakan” pak Rizky, redaksi penerbit novelku
“oh
iya pak. Insya Alloh saya kesana pak.”
“ok
sip, ditunggu.”
Entah
apa yang ingin beliau bicarakan denganku, hal ini sedikit mengganggu pikiranku.
Kesokan harinya aku pergi ke kantor beliau. Tok
tok tok.... ku mengetuk pintu ruangan beliau.
‘’assalamualaikum
pak, ini putri”
“waalaikusalam
put masuk”
“
iya pak, ada perlu apa bapak menyuruh saya datang kemari?”
“iya
nih, novel kamu yang judulnya “my first love” ditaksir sama salah satu
sutradara untuk diangkat sebagai film layar lebar. Disitu kan ceritanya islami
tuh, jadi ga ada pacaran atau apalah. Nah, biar ada pesan moralnya buat
penonton dan kamu yang jadi pemainnya.” Jelas pak Rizky padaku. Dengan sorot
mata yang tajam dan kening yang berkerut aku terdiam, membisu seribu bahasa.
Percakapan
ini semakin serius, sutradara itu ingin menjadikanku artis di film yang
diangkat dari novelku. (Aku seorang
novelis juga sebagai artis. Subhanalloh, alhamdulillah hamba bersyukur padaMu
ya Alloh) gumam ku dalam hati.
“tapi
sutradara bilang kamu harus main film
sama cowok yang jadi cinta pertama kamu. Biar dapet chemistry dan orang-orang
jadi penasaran.” Jelas pak Rizky
“wah
pak, harus ya? Tapi putri udah lama banget ga kontekan sama dia.” Jelasku
dengan nada sedikit cemas
“tenang,
pak sutradara yang akan mengatur semuanya. Saya hanya minta alamat pria itu saja”
“oh
iya pak, semoga saja dia sedang tidak sibuk dan ingin bekerjasama atas proyek
in pak’’
“iya,
semoga saja”
Ku
ceritakan semua ini pada Icha, dia malah sempat tak percaya. Entahlah aku saja
bingung. Kalau memang jadi, segimana canggungnya aku berhadapan dengan Senja.
Kita sudah 15 tahun tidak bertemu. Apa film ini akan berhasil? Aku juga kan
bukan artis. Tapi pernah sih bikin film pendek gitu. Tapi kan Cuma gitu aja.
Haduh.... bingung deh. Aku serahkan semua ini pada Allah .
Ku langkahkan kaki menuju rumah pak
Vino, beliau adalah sutradara yang akan membuat film dari novelku. Entah kenapa
ada perasaan aneh yang mengganjal pada hatiku, bukan cemas, bukan pula resah,
tapi entahlah aku juga bingung. Setibanya dirumah pak Vino.
“assalamualaikum.....”
ucapku
“waalaikumsalam,
oh putri. Masuk put. Temen kamu udah nunggu dari tadi” pak Vino
mempersilahkanku duduk.
Teman? Siapa ya?
Tanya ku dalam hhati. Saat ku masuk
kedalam rumah. Seorang pria memakai celana jeans hitam, kemeja merah dengan
kancing yang terbuka, dan kaos hitam pendek didalamnya sedang duduk diatas sofa
berwarna biru dengan wajah menunduk memainkan hp nya. Sontak iya pun menoleh
kearahku saat aku masuk.
“hah?
Senja?” mata ku menganga melihat pria yang menjadi cinta pertamaku dulu.
“putri.....”
dia menyebut namaku dengan senyuman khas yang tidah berubah dari dulu.
“silahkan
diminum” istri pak vino menyuguhi kami minuman dan beberapa makanan ringan.
“iya
bu, terimakasih” jawabku dan Senja kompak
Kami
sempat diam sejenak, aku yang asyik dengan pikiranku. Pikiran yang penuh dengan
kabingungan, dan Senja pun asyik dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba serentak
kami mengambil minum bersamaan. Kami saling menoleh satu sama lain. Aku
langsung memalingkan tatapanku menuju cangkir yang ku genggam.
Deg... deg... deg.... rasanya
jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada apa ini? Aku coba menguasai
diri. ku hela napas panjang untuk menormalkan detak jantungku. Barulah kami
membicaraan tentang film yang akan kami buat. Semuanya terencana dengan matang.
Usai membahas semuanya, aku pulang terlebih dahulu karena ada janji dengan
seorang teman.
“pak
maaf, saya pulang dulu. Saya ada janji dengan rekan saya.”
“oh
iya put, nanti kita tinggal syuting. Saya akan calling kamu lagi.” Ucap pak
vino
“baik
pak. Saya pamit dulu. Assalamualaikum pak vino, putri duluan ya Senja.” Aku
berpamitan pada pak vino dan Senja
“waalaikumsalam....”
jawab pak vino dan Senja
“hati-hati
dijalan ya put” Senja melemparkan senyumnya padaku.
Jantungku
berdetak lebih cepat lagi. Dan brug...
kaki ku tersandung meja yang ada dihadapanku. Sungguh hal yang sangat
memalukan. Akupun langsung melangkahkan kaki keluar pintu. Gerogi? Canggung?
Malu? Semuanya ku rasakan. Bagaimana pas syuting nanti? Aku harus belajar
profesional. Bismillah.....
Syuting pun berjalan di beberapa tempat. Semua kru
bekerja keras, dan aku sebagai pemeran utama pun bekerja keras. Tak luput dari Senja,
sepertinya ia menikmati perannya. Syuting berjalan selama 1 bulan. Waktu yang
menurutku sangat lama, bagaimana tidak? Aku bekerja seprofesional mungkin
dihadapan camera apalagi di hadapan Senja. Ku buang semua rasa canggung dan
gugupku. Film sudah selesai, kita tinggal tunggu jam terbangnya saja. Selama di
tempat syuting, Senja tak banyak bicara padaku. Kami bicara saat adegan saja.
Entahlah, mungkin kami masih ada rasa canggung satu sama lain.
Ku
menengadah menatap langit-langit kamarku yang berwarna putih yang dihiasi
bintang bintang kecil yang bercahaya digelap gulita. Ku terbayang dengan semua
kejadian masalaluku dengan Senja dan saat syuting bersamanya. Dia berubah, dulu
dia yang bawel, periang, seru, gokil, tapi sekarang dia yang diam tak banyak
bicara. Entah ada apa dengan dia, aku selalu bertanya tanya. Rasanya ada
perasaan aneh yang kembali timbul dipermukaan hatiku, apa perasaan itu tumbuh
lagi. Banyak orang bilang, cinta pertama itu tak akan penah hilang. Tapi, entah
lah aku bingung dibuatnya. Ya Alloh,
pegangi hatiku. Aku tak ingin membayangkan sosok pria yang bukan mahromku. (gumamku
dalam hati) Tiba-tiba hp ku berdering, membuyarkan semua lamunanku. Ku lihat
hpku dan ada satu pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
Assalamualaikum
Put,
ini senja.
Apa tak salah baca. Aku
mengucek-ngucek mataku. Mungkin aku mengantuk. Tapi itu benar adanya pesan dari
senja. Aku pun lekas membalasnya.
Waalaikumsalam
Iya
ja, ada apa?
Sungguh kebetulan
sekali saat ku sedang berpikir tentangnya. Ia menghubungiku. Apa ini kebetulan?
Mungkin ini rencana Alloh. Beberapa lama kemudian dia membalas pesanku.
Aku
menjauh, bukan berarti aku acuh
Aku
bungkam, bukan berarti aku tak paham
Aku
mengamatimu dari kejauhan
Aku
Menjagamu dari kemudharatan
Aku pergi, bukan berarti aku benci
Aku menghilang, bukan berarti aku
tak sayang
Rasa sayang ini tumbuh dengan
berjalannya waktu
Dengan kuasa-Nya, aku menjaga namu
di hatiku
Jika
memang kau wanita yang tertulis di laulmahfudz untukku
Perkenanku
tuk menjalin cinta yang halal denganmu
Cinta
yang diikat oleh janji suci
Cinta
yang ingin ku rajut denganmu di dunia bahkan di surga
Dan ijnkan aku meminangmu deng
Bismillah
Mencintaimu dengan asma Alloh
Memuliakanmu dan juga menuntunmu
Dan menjadikanmu makmumku untuk
menuju jalan Alloh
Dampingiku
saatku kehilangan arah
Dampingiku
saat ku jauh dari sang pencipta
Ku
ingin menjadi imam mu,
Mengimamimu
saat keningmu beradu dengan sajadah
Dan
Mengimamimu untuk berfitrah
Bulir
airmata ini mengalir lembut membasahi pipi ku, sebuah puisi yang sangat indah,
dan paling indah yang pernah ku baca. Setiap rangkaian kata, dan setiap bait
mengandung makna. Untaian kalimat syahdu menyentuh titik halus dan merambat
memenuhi rongga hatiku. Seakan ku melayang, berpijak pada pelangi yang menawan.
Menghirup wanginya bunga dan udara ditaman, dan seakan berdiri diatas awan.
2 comments:
Kak nesya novel cinta dalam diam ada di terbitkan atau dijual?? Pingin beli :) bagus ceritanya.. Terimakasih
hehhe untuk sekarang sih belum ada. insya Allah ini lagi proses novel (kumpulan cerpen) sama salah satu penulis muda dari malang. salah satu cerpen saya dimuat disana. :) semoga segera terbit. nanti beli ya. hehhe
Post a Comment
JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)