NESYA PUSPITA PUTRI

Monday 2 September 2013

Menjelajahi Pasar Malam

malam kemarin (1 September 2013) adalah malam penutupan hari liburanku selama tiga bulan. menjelajahi pasar malam di daerah cileunya, tepatnya dipasar cileunya. bersama hafidz dan idah (teman sekelasku).. aku berangkat menuju pasar malam sekitar jam 7 malam dari rumah bibiku yang terletak di tagog, cibiru, Bandung. awalnya biasa-biasa saja, menikmati suasana pasar malam, berkeliling memandangi hamparan pedagang dan gardu-gardu tiket permainan. ada pedagang sandal, baju, mainan anak-anak, makanan, aksesoris dan pedagang lainnya yang berbaris rapi melingkupi pasar itu. ada beberapa permainan juga seperti kincir, kora-kora (perahu terbang), ombak banyu, komedi putar, dan beberapa permainan lainnya yang tidak aku ketahui namanya. aku dan idah berniat mengantar hafidz membeli sandal, tapi ia tak kunjung membelinya. entah tak ada yang cocok,atau entah apa lah. setelah itu mata kami tertuju pada sebuah permainan bianglala (kincir).
"nes, naik itu aja yu" ujar hafidz sambil menunjukkan permainan itu.
"hayu-hayu. kan ada hafidz sebagai bapak kita yang mau bayarin. hahahh" aku menggoda hafidz sambil menepuk pundaknya.
"Dih, ngerakeun wae" hafidz melangkah dengan raut wajah yang membingungkan aku dan idah tertawa melihat tingkahnya yang konyol itu. kamipun berjalan menuju gardu penjual tiket. setelah membeli tket dengan harga Rp.5000, tiket berwarna pink pun aku genggam erat seakan barang berharga yang tak mau aku kehilangannya. lalu aku dan teman-teman mengantri untuk mendapatkan giliran naik permainan itu. bukan hanya kami saja yang mengantri, ada juga bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, juga para anak muda yang tak ingin ketinggalan sensasi menaiki kincir ini. selangkah demi selangkah kaki kami maju untuk mendapatkan giliran daik. aku, idah dan hafidz mendapatnya satu kerangkeng atau ruang atau entah apalah itu namanya, yang berwarna pink. biar kata pasar malam, biar kata murahan, atau bahkan disebut kampungan, tapi kebahagiaan yang kami dapatkan. bukan masalah 'masa kecil kurang bahagia' tapi memang menyenangkan rasanya menaiki permainam semacam itu. merasakan sensasinya, merasakan seperti kembali seperti anak-anak yang sedang bermain bersama, merasakan seperti tak ada beban apapun. tawa, canda kami lepas di malam itu. kincirpur berputar mengikuti jalurnya, biar aga seram karena bunyi besi yang 'kretek-kretek' tapi kami tetap bisa tertawa dan membuat leliucon garing segaring-garingnya. sesaat kemudian dari atas kincir aku melihat iml (sepupuku) dan yoga (teman imel) berjalan ke arah kincir.
"imel...." refleks aku berteriak dari titik teratas kincir, berharap imel mendengarku dan menoleh kearahkku.
"nesya, ngerakeun wae. teu kenal ah teu kenal. " sepertinya hafidz tutup muka melihat tingkahlaku ku yang seperti ini. hehehe
"wah, wah parah. hehehe" aku dan idah han ya tertawa.
setelah beberapa putaranpenuh, terhentilan kincir itu. kami turun lalu menghampiri imel dan temannya itu. setelah itu kami langsung pergi ke permainan kora-kora (perahu terbang).
"naik itu yuk" ucapku dengan girang menunjuk kora-kora, seperti bocah yang pertama kali melihat permainan itu dan ingin menaikinya.
"asik dibayarin..." celetuk idah dan hafidz yang membuatku manyun.
"yea... yoga yang bayarin" diceplosin deh ngomong gitu ke yoga. hahahah
hafidz mengeluarkan uang 20.00 ribuan dan memberikannya padaku bersamaan dengan perginya yoga ke gardu pembelian tiket. beberapa kemudian...
"ini tiketnya ca" imel meberikan 5 tiket kuning padaku
'nih yoga uangnya. jadi berapaeun?" aku memberikan uang pada yoga
"oh gausah ga usah." sanggah yoga mengangkat tangan kanannya.
"beneran nih? sungguh? ga nyesel?' au meyakinkan yoga, berharap ia benar-benar memberikan tiket itu pada kami secara cuma-cuma.
"ih nesya ngerakeun, masa gw dibayarin cowok" celetuk hafidz dengan llirikan matasinis
"ih, da ga mau dibayar dianya" aku memberikan uang 20.000 ribuan tadi pada hafidz
"makasih bro, jadi ngerepotin" ucap hafidz, sepertinya dengan berjuta kali menahan gengsinya. hihihih
'iya, makasih ya" susul idah
"hatur sembah nuwun....." ucapku sambil sedikit membungkuk. LEBAY. hahahah
imel hanya tersenyum malu dibuatku. setelah itu kami mengantri, tak lama kamipun naik keatas perahu kuning bercorang coklat. imel dan yoga duduk disisi kiri paling atas, sedangkan aku, idah dah hafidz duduk didepannya. awal ayunan perahu itu biasa saja.
"yah... cuma segini' sombongnya hafidz
"iya nih. muka dingin, muka dingin ya. jaim" ucapku
''hahahah mustahil lu bisa muka dingin. diem sedetik aja ga mungkin banget.'' ledek hafidz
"muka dingin kaya ambang (teman sekelasku). eh gw bisa lebih dingin'' hafidz menunjukkan wajah dinginnya, tapi menurutku bungan wajah dingin. tapi wajah yang sedang menahan ingin buang air. hahahah
"fidz, tuh muka dingin atau mau buang air? hahaha" aku dan idah tertawa
lama kelamaan, ayunan perahu semakin luar biasa jauh dan kencangnya.
'' aaaa..... hahahahah" aku berteriak sambil tertawa terbahakbahak. merasakan sensasi menegankan, menggelitik, gemetaran, dan campur aduk deh. tangan kananku menggenggam tangan idah, tangan kiriku menggenggam pegangan besi didepanku. rasanya jantung akan copot, bergetar kakiku dengan hebatnya, berteriak hingga mengeluarkan air mata. sungguh sensasi yang menebarkan sekali. ingin sekali menyudahkan permainan ini, tapi sang pengendali mesin rupanya tak segan menambah kecepatan yang semakin luar biasa. rasanya terhempas kesana sini mengikuti irama ayunan. setelah sekitar 5 menit kami terpontang panting, permainan akhirnya disudahi. aku turun dengan kaki yang masih bergetar. yang lainpun turun, rasanya iingin tertawa terbahak bahak melihat wajah teman-temanku yang beraneka ragam dan ekspresi. hahaha
kami turun dan menenangkan diri. imel dan yoga memisahkan diri. aku, hafidz dan idah berjalan-jalan menelusuri lorong-lorong sempit dipasar malam. beberapa saat aku melihat imel dan yoga menaiki ombak banyu, jauh dari dalam hati ingin rasanya menaiki permainan itu. tapi tubuh yang masih gemetar ini hendak menolak permintaan hatiku. kami langsung saj pergi dan melihat-lihat lagi. setelah itu aku pamitan pulang kepada imel. aku, idah dan hafidz pulang menggunakan angkot (supir pribadi). imel biar diantar yoga menggunanakan motor. sebelum pulang, hafidz membeli kembang gula berwarna pink terlebih dahulu, barulah kami menaiki angkot yang sudah menunggu kami dengan setia disebrang jalan. diangkot kami bercengkrama bersama sambil menikmati kembang gula yang dibeli.
"haduh, urang mual'' dengan mimik wajah yang meyakinkan aku dan idah bahwa iya sepertinya memang benar-benar mual.
"hahahah dih cemen" guyon aku padanya
"wah sigana bail-balik dikerok da. hahaha" idah tertawa melihat hafidz yang seperti itu.
pengalaman dipasar malam dengan teman-teman yang sangat menyenangkan. menyadarkan betapa kebahagiaan itu sederhana dibuatnya. tertawa dan bercanda bersama menghangatkan suasana yang ada. sebuah pertemanan yang amat sangat sederhana namun spesial dibuatnya. biar ini jadi memoriku tersendiri yang kusimpan dalam hati dan juga blog ku. heheheh

0 comments:

Post a Comment

JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)

 
Design by Wordpress Templates | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Comparisons