“Selamat
puisi Anda terpilih untuk di siarkan di radio CBL 91,7 FM Bandung hari ini pkl.
16.00-17.00. Dan Anda berhak mendapatkan voucher belanja MD PLAZA......”
Pesan
email yang ku terima sangat mengejutkanku, puisiku terpilih di siarkan di
radio. Beberapa hari kemarin aku mengirimkan puisi pada ajang perlombaan puisi
cinta. Tak diduga aku mampu membuat 6 puisi sekaligus dalam satu waktu. Inspirasi
yang begitu melekat pada sosok pria yang ku cinta selama 9 tahun ini. Dia
adalah cinta pertama ku, yang mengenalkan hatiku pada rasa yang luar biasa.
Mengajariku arti sebuah kesabaran, pengorbanan, dan penantian panjang. Puisi
itu ku persembahkan untuk nya nan jauh disana. Betapa senangnya aku
mendengarkan puisiku di radio, tak terbendung rasa bahagia yang ku rasa. Ku
hubungi dia untuk memberitahu apa yang terjadi padaku dan mengirimkan puisi itu
untuknya. Aku tau aku wanita, tapi tak ada alasan untuk mengungkapkan rasa ini
padanya. Ini belum seberapa dibandingkan dengan surat cinta yang ku tulis
untuknya saat ku menginjak bangku SMA. Itu hal gila yang pernah ku lakukan
dalam hidupku. Temanku sampai tak percaya bahwa aku melakukan hal itu, entah
ada dorongan kuat dari mana aku mampu melakukannya.
Dia
yang membuatku jadi seperti sekarang ini. karena sekarang aku telah tumbuh
menjadi wanita cantik yang berani, berprestasi, dan mandiri. Dia adalah Inspirasi
dan semangat hidupku. Biar pun kita terpisah jarak. Tapi
aku selalu berharap banyak. Biar kita ter pisah ruang. Tapi aku selalu mencari
peluang. Bahkan biar kita terpisah waktu tapi hati selalu merindu dan menunggu.
Karena yg ku tau cinta itu tak habis dimakan waktu. Tidak ada tanggal
kadaluarsa yg membuat cinta itu menjadi basi. Karena aku mengawetkannya dalam
palung hati. Menjadikannya dewa dewi yg setia sejati. Mungkin bukan cinta yg
basi, mungkin aku yg basi telah lama menanti. Mengencani malam yg indah di
sabtu ini. Memadukan kasih dengan asa yg tiada henti. Biar dia tak disini, tapi
dia selalu memenuhi ruang hati. Rasanya merindu tanpa dirindukan itu seperti
hilangnya jiwa dalam diri. Ku tutup mataku dan berharap dia mampir dalam
mimpiku. Mungkin sesaat hadirnya akan meringankan beban rindu yg menggebu
Apa yang terjadi
hampa menyeliputi sanubari
dingin yg menyayat hati
hanya kutelan sendiri
seakan ada hal yg hilang dan pergi
membuat kesunyian ini semakin menjadi
bergelut dengan sesuatu yg tak pasti
sesuatu yg menjadi misteri
ku bertanya pada sudut relung hati
dingin yg menyayat hati
hanya kutelan sendiri
seakan ada hal yg hilang dan pergi
membuat kesunyian ini semakin menjadi
bergelut dengan sesuatu yg tak pasti
sesuatu yg menjadi misteri
ku bertanya pada sudut relung hati
"apa yg terjadi?"
hal itu membuatku nyaman dan tentram
hal itu membuatku damai dan terbuai
suatu goresan menakjubkan melebihi khatulistiwa
melebihi goresan pelangi penuh warna
hal yg dapat menggetarkan hati dan sanubari
memberikan bahagia, meninggalkan luka
memberikan semangat, meninggalkan penat dan
memberikan ketulusan, meninggalkan kekecewaan
mengandung arti dan makna
Yang biasa disebut Cinta
Mencintaimu dulu, sekarang dan selamanya
hal itu membuatku damai dan terbuai
suatu goresan menakjubkan melebihi khatulistiwa
melebihi goresan pelangi penuh warna
hal yg dapat menggetarkan hati dan sanubari
memberikan bahagia, meninggalkan luka
memberikan semangat, meninggalkan penat dan
memberikan ketulusan, meninggalkan kekecewaan
mengandung arti dan makna
Yang biasa disebut Cinta
Mencintaimu dulu, sekarang dan selamanya
Puisi
cinta terbaik dalam lomba yang ku ikuti. Ku kirim puisi dan berita kemenangku
padanya. Selang beberapa hari, dia membalas pesanku.
“Good job, keep creative J” kata-kata yang membuatku semakin terinspirasi dan
semangat dalam berkarya dan berseni.
Pesan
itu dia balas saat sebelum aku menulis cerpen ini. Dia hadir dalam dingin yang
mengikis hati. Momen yang tepat membalas pesanku, karena saat itu inspirasiku
seakan hilang ditelan bumi. Kemudian dia datang menghampiri, insiprasi sejati
tak akan pernah mati. Dan aku membangkitkannya momen yang mengingatkanku
padanya. Alih-alih aku berani mengirim pesan untuknya, untuk memacu rasa, asa
dan inspirasiku padanya. Aku terlalu menjatuhkan harga diriku karena cinta yang
semu. Mengetik pesan itu memacu adrenalinku
dan membuatku hampir gila dibuatnya. Gemetar seakan tersambar petir dalam
hatiku. Ini bukan salahnya, ini semua salahku yang berani menjadikannya tamu
dalam hatiku. Dan aku menjadi lebih berani menelponnya. Hingga jantung ini
berdegup lebih cepat, tangan dan kaki ini gemetar hebat, dan wajah ini paknik
lebih dahsyat. Dan itu semakin bertambah saat ku mendengar suara nya, suara
pria yang tak ku dengar hampir 4 tahun ini. Telah habis kata untuk sekedar
mengobrol ringan dengannya, karena dia tidak seperti dulu yang ku kenal. Karena
mungkin dia telah terbiasa tanpaku. Karena disini hanya aku yang terlihat gila,
mencintainya dengan segenap jiwa. Dan dia hanya diam tak berkata. Aku berani bermimpi
karena ku mendefinisikannya sebagian dari hasil karya Tuhan yg mengagumkan. Sebuah
seni yg mungkin harga mati. Sebuah wujud yg terlalu indah untuk sebuah ilusi. bagaikan
animasi dari surgawi. Lebih indah dari sebuah lantunan puisi para bidadari.
2 comments:
DUH ka nesya badai banget dah puisinya ;D
hehehe kan nulisnya dari hati :D
Post a Comment
JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR YAH ... ;)